Sederet penyebab kekalahan ISIS di Irak dan Suriah


Konflik Suriah. ©Reuters



Merdeka.com - Kelompok Negara Islam dan Suriah (ISIS) pernah mengalami masa kejayaan ketika mereka menguasai sebagian wilayah Irak dan Suriah. Tak hanya itu, mereka juga memperluas kekuasannya hingga ke wilayah Libya, Nigeria, Afghanistan, Afrika Selatan hingga Afrika Utara.

Pada Maret 2015, ISIS menjadi satu-satunya kelompok militan yang paling ditakuti karena kerap melakukan serangan yang menewaskan ribuan warga sipil dan juga melancarkan teror di Negara Barat. Tujuan mereka adalah membentuk negara yang berdasar kepada kekhalifahan.

Namun kini, gaung ISIS mulai meredup. Dalam 15 bulan masa kejayaannya, kelompok militan yang dipimpin oleh Abu Bakar al-Baghdadi itu mulai mengalami senjakala setelah mengumumkan kekhalifahan pada Juni 2014.

Sebab kekalahan ISIS mulai bisa disimpulkan setelah pasukan Rusia menyerang ladang minyak ISIS, satu-satunya sumber pendapatan terbesar ISIS. Akibatnya, pemasukan ISIS dari segi keuangan mulai kacau.

Kelompok Negara Islam untuk Irak dan Syam (ISIS) dailymail.co.uk ©2014 Merdeka.com




Banyak anggota kelompok yang membelot karena penghasilan mereka dipotong dan tidak diberi jatah makan. Persediaan senjata pun semakin berkurang sehingga mereka kalah kuat saat berperang. Puncaknya, wilayah kekuasaan ISIS semakin menyusut karena berhasil direbut kembali.

"Pada 2016 kita melihat kekalahan besar (ISIS) di wilayah timur laut terus ke selatan menuju Raqqa dan Deir al-Zour, Suriah, setelah pasukan Kurdi dan Pasukan Demokratik Sunni Suriah (SDF) merangsek ke daerah itu dengan dukungan serangan udara Amerika Serikat dan Rusia," kata Columb Strack, pengamat senior di IHS Janes.

Kekalahan ISIS semakin terlihat jelas setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa pihaknya telah menyetop program bantuan untuk para pemberontak Suriah yang akan menggulingkan rezim Basyar al-Assad. Sebabnya, dia menilai program itu sia-sia, berbahaya, dan terlalu memakan dana besar.

Trump mengatakan itu setelah beberapa waktu sebelumnya Kepala Komando Operasi AS di Suriah Jenderal Tony Thomas menyatakan operasi empat tahun buat menyokong pemberontak akan diakhiri.

Mantan Presiden Barack Obama menyetujui program bantuan pemberontak Suriah pada 2013 untuk menjatuhkan rezim Assad. Sejak itu ribuan milisi antipemerintah Suriah dilatih dan dipersenjatai. Namun bantuan kepada pemberontak itu terus menyusut setelah pemberontak kalah di Kota Aleppo usai digempur pasukan Suriah dibantu Rusia.

Kekalahan ISIS juga merupakan dampak dari banyaknya pentolan ISIS yang dikabarkan tewas dalam serangan. Salah satunya adalah seorang pemimpin ISIS dikenal sebagai 'emir' sekaligus 'menteri perang' yang pernah dilatih Amerika Serikat, Deir Azzor Abu Muhammad al-Shimali.

Bukan hanya al-Shimali saja yang diberitakan tewas, pemimpin ISIS Baghdadi juga berkali-kali dikabarkan tewas dalam serangan udara Rusia. Meski kabar tersebut belum bisa dipastikan karena tidak ada bukti yang akurat, namun hal itu cukup membuat struktur organisasi kepemimpinan ISIS jadi tumbang.

Usai kekalahan telak, kini ISIS akan segera meninggalkan kota Raqqa usai dikepung oleh milisi Suriah yang didukung Amerika Serikat. Mereka akan bergabung dengan warga sipil yang dievakuasi dari bekas ibu kota ISIS itu.

"Evakuasi tersebut akan mencakup para pejuang militan dan berlangsung dari Sabtu malam hingga Ahad. Militan akan membawa sekitar 400 warga sipil dengan mereka sebagai perisai manusia," kata anggota Dewan Sipil Raqqa, Omar Alloush, seperti dilansir Middle East Monitor. [pan]


0 Response to "Sederet penyebab kekalahan ISIS di Irak dan Suriah"

Posting Komentar