Percakapan Eksklusif Najwa, Anies dan Sandiaga


Najwa Shihab saat melakukan wawancara eksklusif dengan Gubernur DKI Jakarta terpilih Anies Baswedan. tirto.id/Andrey Gromico

Anies-Sandiaga untuk pertama kalinya muncul dalam sesi wawancara khusus pasca Pilgub DKI 2017.
Wawancara khusus dengan Anies-Sandi ini menjadi awal dari platform baru wawancara Najwa Shihab.
Najwa Shihab mengulik relasi antara Anies dan Sandi serta relasi keduanya dengan Prabowo dan Jokowi.

tirto.id - Anies Rasyid Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno tiba tepat jam 09.30, Selasa (10/10). Mereka beriringan masuk ke ruang tamu Studio Gaharu di daerah Cilandak, Jakarta Selatan.

Anies memakai kemeja biru, celana jeans biru, dan pantofel kulit cokelat. Di pergelangan tangan kirinya terpasang arloji sport buatan Swiss, merek TISSOT PRC 200 Chronograph. Sedangkan Sandiaga Salahuddin Uno berkemeja biru, memakai Running Shoes Jakarta Berlari yang diproduksi 910 (nineten), dan celana warna khaki yang kerap dipakai para pengurus Partai Gerindra. Di tangan kirinya melekat arloji Casio tipe G-Shock.

Sandiaga tidak pernah bisa jauh-jauh dari infused water irisan lemon. Di pergelangan kirinya melekat gelang bertuliskan "Sahabat Anak". Memang Sandiaga sering mendampingi kegiatan istrinya, Nur Asia Uno, yang merupakan ketua umum Yayasan Abang Mpok Sahabat Anak (YAMSA).

Tak lama kemudian Najwa Shihab dan Atmaji Sapto Anggoro, Pemimpin Redaksi Tirto, mendatangi keduanya. Nana, panggilan akrab Najwa, mengenakan setelan pakaian biru dan abu-abu yang dilengkapi sepatu wedge merek Tory Burch abu-abu.

Mereka bersiap melakukan perekaman talkshow baru Najwa Shihab yang akan tampil dengan platform baru yang memaksimalkan kanal Youtube. Setelah diumumkan sebagai pemenang Pilgub DKI Jakarta, Anies dan Sandi sangat jarang muncul di media. Apalagi dalam sesi wawancara eksklusif, keduanya sama sekali tidak pernah muncul.

“Nanti kita ngobrolin apa saja, Nana?” kata Anies, “Kita [Anies dan Sandiaga] sampai enggak tidur, lho, ini.”

Anies kerap menggunakan diksi "kita" saat yang ia maksudkan adalah "kami". Sepanjang proses perekaman, setidaknya hanya tiga kali Anies memakai diksi "kami".

Nana tak merinci daftar pertanyaan. Dia hanya menjelaskan topik secara garis besar dalam setiap segmen. Beberapa di antaranya terkait: apa saja yang dilakukan di masa tenggang sebelum dilantik pada 16 Oktober 2017 nanti yang diistilahkan Nana sebagai "honeymoon".



Anies menuju kamar mandi untuk memasang microphone yang kabelnya akan menjalar di dalam bajunya. Berbeda sekali dengan Sandi yang cuek saja tubuhnya dililit microphone di ruang tamu.

Perbincangan Sandi, Nana, dan Sapto menjalar ke seputar perubahan platform yang akan dilakukan Najwa. Dia menjelaskan bagaimana multiplatform justru semakin kuat. Dengan selipan berbagai diksi berbahasa Inggris, Sandi memberikan dukungan pada jalur baru yang ditempuh Nana selepas dari Metro TV.

Sekitar 10 menit kemudian, Anies kembali. Ujung kemeja biru di bagian pinggang dimasukkan ke celana jeans birunya. Lingkar pinggangnya diikat sabuk kulit cokelat.

“Boleh saya lihat tempatnya?” tanya Anies.

Jam 9.44 mereka berempat menyisir ruangan di antara sepuluh orang kru. Sembilan menit dihabiskan merias wajah, membenarkan tata letak microphone, membenahi lekukan baju, sampai Anies, Nana, dan Sandi kemudian duduk di kursi putih tanpa meja. Delapan lampu sorot menghadap mereka.

Tentang Perkawanan yang HilangPerbincangan dibuka dengan saling bertukar kabar. Anies mengaku bahagia diundang, dia menyangka wawancara yang dihelat Najwa tidak akan ada lagi. Nana tak membuang waktu, ia lekas bertanya ketegangan apa yang dirasakan menjelang pelantikan.

“Kita justru tegang nih mau di-interview sama Najwa. Lebih tegang itu,” sahut Sandi, lagi-lagi menggunakan "kita" saat seharusnya menggunakan "kami". Dentuman tawa dari Nana dan Sandi segera terhenti. Dengan tenang Anies mengungkapkan, hingga hari ini belum ada undangan resmi pelantikan yang kabarnya akan digelar di Istana Negara.

Nana menyambung dengan pertanyaan, apa yang menjadi beban di masa "honeymoon". “Kalau dibilang membebani,” kata Anies yang beberapa saat menahan kalimatnya sembari melirik ke kiri atas, “Mungkin tidak ada yang khusus, ya.”

Selama mereka berdua menjauh dari media, situasi politik sisa benturan Pilgub DKI Jakarta perlahan mendingin. Keduanya disibukkan menerjemahkan rencana kerja menjadi berbagai program disertai jadwal eksekusinya. Selain itu mereka berdua merampungkan kerja usai kampanye dengan berkeliling 267 kelurahan dan 44 kecamatan di DKI Jakarta.

Anies yakin betul, ada atau tidak sentimen agama dan etnis sepanjang masa perebutan kursi DKI 1, benturan antar pendukung tetap kencang. Tapi Anies tak mau bertindak cengeng. “Silakan, Anda boleh untuk tetap tidak menyukai saya, enggak apa-apa.”

“Kita tidak ingin lagunya Rhoma Irama itu terus jadi kenyataan.”

“Lagu yang mana mas?” sahut Nana.

Baca dua wawancara khusus dengan Anies Baswedan:

Saya Menyalahkan Ahok dan Menyalahkan Total
Kampanye Saya Dua Bulan Seperti Perjalanan Spiritual“Yang kaya makin kaya, yang miskin makin miskin,” ucap Anies dengan tempo teratur layaknya tengah menyanyi. Saat itu pula ekspresi serius hengkang dari wajahnya. Sandiaga menyela, mengungkapkan Anies pasti luwes jika menyanyikan lagu diiringi goyangan khas lagu dangdut.

“Mas Anies dan Mas Sandi, berapa banyak teman yang hilang selama masa Pilkada kemarin?” kata Nana menyelipkan pertanyaan saat mereka berdua tengah girang-girangnya.

“We lost count,” kata Sandi terkekeh. Dia tak mampu menghitung bejibun rekan dekatnya yang menjauh.

Sempat ada seorang laki-laki berusia 65 tahun yang bercerita pada Sandi. Orang itu pemilih Anies-Sandi, namun pacarnya yang berusia 63 tahun menjagokan Agus Harimurti Yudhoyono. Mereka tak jadi menikah karena beda pilihan. Saat Sandi khawatir siapa yang akan menemani lelaki tersebut di masa tua yang sepi, laki-laki itu justru berkata: Tenang saja, banyak ibu-ibu lain yang naksir.

Relasi dengan Prabowo, Rival dan PemerintahMengejar jadwal pertemuan pagi-pagi, Anies dipinjami helikopter milik Aksa Mahmud, pendiri Bosowa Corporation. Pada 20 April 2017 itu dia ke Balai Kota DKI Jakarta untuk bertemu Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Itu terakhir kalinya mereka berdua menyambung komunikasi. Bahkan hingga kini tak sekalipun Anies bertemu secara langsung dengan Djarot Saiful Hidayat.

“Kita akan datang ke rumah masing-masing, yang ada di rumah, yang sedang tidak di rumah ya di tempat beliau berada,” ungkap Anies.

Nada Anies meninggi saat ditanya kapan pastinya akan bertemu atau menjenguk Ahok di penjara. Dia memang berjanji akan menemui Ahok, tapi tak tahu kapan akan dilakukan.

Anies selalu bertutur dengan serius. Tapi saat Nana mengistilahkan gubernur DKI Jakarta sebagai RI 3, meski cekatan menjawab dan balik bertanya, keseriusan itu rontok.

“Kalau wakil gubernur RI berapa?” tanya Anies kepada Nana.

“RI 3,5 ya, mas, saya kasih,” sahut Nana diiringi tawa yang menghadap ke Sandi. Bagi Nana, istilah RI 3 menunjukkan bahwa pemimpin daerah DKI Jakarta selalu berdinamika secara ketat dengan Istana Negara. Relasi keduanya direpresentasikan secara geografis: Balaikota DKI Jakarta di Jalan Merdeka Selatan dan Istana Negara berada di seberangnya di Jalan Merdeka Utara. Di antara keduanya, terhampar lapangan Monas.

“Insya Allah harmonislah,” kata Sandi membayangkan hubungannya nanti dengan Presiden Jokowi.

Tapi Nana membidik pertanyaan itu ke Anies. Dia merespons pertanyaan itu dengan kerutan di dahi sembari menjelaskan, selama ini hubungannya dengan Jokowi sebatas profesi. Saat dia menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Jokowi adalah atasannya. Selebihnya tak ada kedekatan personal yang intim.

Anies mengakui hubungannya lebih kental dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK). Sebab JK merupakan Ketua Dewan Pembina Yayasan Paramadina dan Anies sebagai anggotanya. Hubungan keduanya lebih dari sebatas relasi kerja kelembagaan.

Nana mengalihkan topik dengan tajam. Dia bertanya lantas sejauh mana kedekatan Anies dengan Prabowo Subianto, Ketua Umum Partai Gerindra. Nana melengkapinya dengan memutar sikap politik Prabowo saat kampanye pemenangan Anies-Sandi di Lapangan Banteng, Jakarta Pusat, Minggu (5/1/2017). Dari rekaman audio visual yang disiapkan tim multimedia Tirto, suara Prabowo terdengar jelas: "Saudara-saudara, kalau kalian ingin saya jadi presiden 2019, Anies-Sandi gubernur DKI. Betul?”

Usai rekaman itu diperdengarkan, Nana bertanya, “Membebani Anda tidak ini? Berarti sekarang Pak Prabowo malah makin mulus menjadi presiden?”

Saat Anies sedang menjawab pertanyaan tajam itu, sorot mata Sandi ke arah lantai berwarna putih. Sandi terlihat menahan tawa.

Anies melanjutkan, Prabowo sempat menyarankan agar dia tak menjadi anggota partai politik. “Anda harus bisa menjadi milik semuanya,” ujar Anies menirukan usul Prabowo padanya.


share infografik

Diceramahi Luhut Soal ReklamasiTanpa merujuk kapan persisnya terjadi, Sandiaga mengakui sempat mendatangi ruang kerja Luhut Binsar Pandjaitan, Menko Bidang Kemaritiman. Luhut memang gencar menantang debat siapapun yang menolak reklamasi Teluk Jakarta. Tapi pertemuan tersebut ternyata diatur Prabowo.

Pertemuan Sandiaga dengan Luhut digunakan Nana untuk menguak relasi dan pembagian tugas di antara Anies-Sandi. Kenapa malah Sandiaga yang bertemu dengan Luhut, bukan Anies?

Nana lebih dulu memutar rekaman wawancara Sandiaga dengan Tirto pada 16 Februari 2017, sehari setelah pencoblosan putaran pertama Pilkada DKI. Wajah dan suara Sandiaga muncul dalam rekaman untuk menjawab pertanyaan Tirto tentang asal-muasal ide DP 0%: "Anies tuh datang ke saya [dan bilang]: 'Bro, tolong deh lo itungin'. 'Serius lo?' saya bilang. 'Iya, tolong itungin'."

Anies Datang ke Saya: Bro, Tolong Deh Lo Itungin
Anies Yang Ambil Keputusan, Saya Nggak Mau Ikut-ikutan Sandiaga menuturkan, kala itu Anies tengah berada di Yogyakarta. Melalui gawai mereka berunding tentang pertemuan dengan Luhut.

“Pak Prabowo yang menganjurkan saya untuk bertemu dengan Pak Luhut. Jadi dari kantornya Pak Prabowo yang mengaturkan untuk bertemu dengan Pak Luhut,” kata Sandiaga. Dia menuruti begitu saja permintaan itu sembari membayangkan pertemuan tersebut hanya untuk sowan dengan pemerintah. Dia tak menyangka, ternyata Luhut menceramahi terkait reklamasi.

“Pembicaraannya lebih banyak satu arah. Pak Luhut menyampaikan dengan beberapa stafnya kepada saya mengenai perihal reklamasi.”

Namun Sandiaga menerima dengan riang masukan dari Luhut, dia hanya menimpali akan membahas hasil pertemuan itu dengan Anies dan timnya. Dia mengakui dalam rentang 18 bulan, tidak ada yang memberikan sudut pandang lain terkait reklamasi yang ditentangnya.

“Dari teman-teman saya pengusaha itu juga saya tidak pernah mendengar update mengenai reklamasi. Justru ini waktu yang tepat untuk kami mendengar.”

Tapi usai perbincangan hangat itu, kepada reporter Tirto, Sandi mengaku tak akan bisa lari dari janji politik terkait reklamasi Teluk Jakarta. Setelah mengucapkan itu, mereka bergegas meninggalkan Cipete secara terpisah. Sandi pergi dengan mobil Nissan X Trail, Anies berlalu bersama Toyota Kijang Innova hitam.

0 Response to "Percakapan Eksklusif Najwa, Anies dan Sandiaga"

Posting Komentar