AHY JADI MENTERI TEST POLITIK ALA JOKOWI: AGAR SELAMAT SBY HARUS MERAPAT KE JOKOWI






seword.com- AHY jadi menteri. Ini belum fixed benar. Menarik. Ketika AH2 bermanuver yang tak terbayangkan publik, hingga Jusuf Kalla keluar hampir seluruh strategi politiknya, kini permainan politik menyasar ke SBY. Dalam perhitungan politik keseimbangan yang begitu keras, dengan Jokowi kini menjadi kekuatan hebat – dukungan TNI/Polri/NU yang solid, dengan sebagian besar Muhammadiyah mengikutinya – SBY pun terhenyak.

Komunikasi politik cair dengan diawali pertemuan lucu Gibran dan Agus adalah mula awal pendekatan politik yang AH2 gerakkan. Tujuannya adalag testing the water. Test ini berhasil baik secara medsos maupun politis tanpa ada resistensi cukup berarti.

Kelanjutan peristiwa politik ini samakin membuat orang terkesima dan kaget. Agus Yudhoyono sesuai saran dari AH2 pun mengunjungi Ahok. Kunjungan ini pun membuahkan hasil yang begitu gemilang. Pesan kebaikan dari Ahok pun secara tertulis diarahkan ke SBY – yang pada zaman rezimnya Ahok berkibar menjadi politikus kerakyatan yang hebat yang dipenjarakan pada masa justru kekuasaan Jokowi.

Publik harus membedakan betapa kunjungan Agus tanpa ada resistensi berarti karena adanya peran di belakang layar yang begitu terkoordinatif hingga semuanya berkata YA. Pendukung Ahok dan pendukung Jokowi awalnya mencurigainya sebagai pencitraan.

Ya. Pencitraan politik harus dibedakan antara yang real dan yang framing. Ini yang orang awam melihatnya sebagai semuanya adalah pencitraan. Real politic is not what people see and understand. Namun akhirnya mereka menerimanya sebagai suatu peristiwa – keniscayaan politik pun mulai menemukan bentuknya. Melewati peristiwa ini, lanjutannya sanyat menarik.

Peristiwa lainnya, sebelumnya, adalah ketika Jokowi memersatukan Mega dan SBY dan para mantan presiden dan wapres di Istana dengan begitu elegan dan menyejukkan jiwa sebagian besar bangsa Indonesia yang waras. Sri Mulyani Indrawati sampai memosting keindahan suasana itu. Menyejukkan.

Namun, di balik itu sesungguhnya dua persoalan penting tengah terjadi. Perlawanan SBY-Prabowo terkait UU Pemilu/Pilpres dan UU Ormas menjadi ganjalan rekonsiliasi. Kubu SBY-Prabowo terpengaruh Yusril dan PKS ingin merangkul gerakan Islam radikal, sementara kubu Jokowi-TNI/Polri ingin tegaknya NKRI dan Pancasila. Kedua kubu berebut kekuasaan dengan dua motif yang berbeda.

Yang menjadi masalah adalah kekuatan di peradilan dan belenggu hukum ada di tangan SBY dan para kroninya sebagai kelanjutan Orde Baru. Bahaya kekuatan di Mahkamah Konstitusi (MK) yang bisa membuat barter dikabulkannya gugatan hak kaum Penghayat Kepercayaan dan agama tradisional dengan dikabulkanya gugatan UU Ormas, atau yang kini digiring juga ke PTUN, sangat mungkin terjadi.

Jadi politik pertarungan tetap panas. Harus ada jalan untuk menyelesaikannya untuk kepentingan NKRI dalam menghadapi realitas kekuatan hitam di lembaga peradilan dan kroni mafia hukum yang sungguh berat dihadapi. Berbagai langkah zig-zag politik terjadi.

Pasca penggambaran penyingkiran Prabowo dan Anies dipaparkan oleh the Operators, bahwa SBY dan PAN bisa menjadi kartu as, dengan melibatkan zigzag acrobat melepaskan PPP atau PKB dari Jokowi untuk Pilpres 2019, SBY pun berpikir menjadi kekuatan lain.

Pun SBY tidak nyaman dan jengah dengan Prabowo yang pernah menggebukinya di AMN – berdasarkan informasi Hermawan Sulistyo. Dan, SBY tidak mungkin dan gengsi mendukungnya. Ini aib sejarah. Melihat Prabowo menjadi presiden RI nanti bisa jadi ada rehabilitasi nama baik Prabowo terkait berbagai isu HAM dll. Ini tidak mengenakkan SBY.

Serta-merta SBY bertemu dengan Jokowi. 27 Oktober 2017. Pengaturan top the Operators mencari momen antara undangan pernikahan Kahiyang, yang lalu pernikahan Gibran tidak datang karena tidak ada personal invitation, maka SBY yang terhormat dan mencintai kehormatan itu pun semrintil datang dengan Agus dan menantunya. Top.

Pertemuan itu adalah penyeimbangan atmosfer politik antara Jokowi sebagai kekuatan utama yang sendirian di menara gading, dengan kekuatan politik uang dan pengaruh, melawan perselingkuhan politik yang menggunakan politik identitas Islam radikal sebagai jalan – yang SBY pernah memraktikkan namun justru SBY tetap menjadi target politik.

Seakan kerjaan SBY tidak dihargai padahal perannya pada pemenangan Anies-Sandi sebagai pemecah dan pendukung sangat sentra. Angka 58% Anies adalah 17% persen tambahan suara Agus-Silvy. Ini yang membuat SBY meradang dan ditangkap oleh Jokowi.

Muncul kesadaran politik SBY. Bagaimana pun SBY adalah mantan tentara dan mantan lainnya yang masih memiliki meskipun sedikit rasa nasionalisme dibandingkan dengan Islam radikal atau khilafah.

Peristiwa politik ini terus menggelinding ke Pilkada Jatim yang menghasilkan Jokowi-Jokowi, juga arah itu akan berlanjut di Jateng dan Jabar. Dalam komunikasi politik tingkat tinggi ini riak di permukaan hanyalah hiburan santapan medsos, bukan esensi yang terjadi dan akan terjadi. Karena sejatinya pilkada Jatim, Jateng, dan Jabar adalah peta Pilpres 2019. Dan SBY ada di sana. Suka tidak suka. Demikian the Operators. Salam bahagia ala saya.

0 Response to "AHY JADI MENTERI TEST POLITIK ALA JOKOWI: AGAR SELAMAT SBY HARUS MERAPAT KE JOKOWI"

Posting Komentar