Seperti yang telah kita ketahui bersama, baru-baru ini Prabowo Subianto usulkan gerakan Revolusi Putih ke Anies Baswedan agar anak-anak sekolah yang tidak mampu di Jakarta setiap hari diberikan asupan gizi yang memadai.
Asupan gizi yang dimaksud Prabowo Subianto, yaitu semua murid dan pelajar di DKI Jakarta, baik itu sekolah negeri maupun swasta, yang tidak mampu akan diberikan makanan gratis berupa susu, kacang hijau, dan telur rebus setiap hari di sekolah.
Gerakan Revolusi Putih ala Prabowo Subianto ini bukan wacana baru dalam euforia menyambut kemenangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno yang telah berhasil memecat Ahok dalam pilkada DKI Jakarta di tahun 2017 ini.
Akan tetapi wacana tersebut sudah dilempar ke publik oleh Prabowo Subianto jauh hari sebelumnya, yaitu pada pilpres 2014 yang lalu.
Yang menjadi pertanyaan, murnikah gebrakan Prabowo Subianto tersebut yang kesannya prihatin dengan kurang gizi yang dialami oleh anak-anak sekolah kurang mampu?
Pertanyaan yang mengganjal selanjutnya, adakah motivasi bisnis dibalik gerakan yang kesannya sangat mulia itu? Saya dan Anda para pembaca yang budiman tentu saja tidak tahu.
Yang tahu hanya pribadi Prabowo Subianto seorang. Atau mari kita bertanya saja pada pasir berbisik dan rumput yang bergoyang, barangkali disana ada jawabnya.
Namun sebelum kita bertanya kepada pasir berbisik dan rumput yang bergoyang, mari kita simak terlebih dahulu korelasi dan benang merah bisnis Revolusi Putih ala Prabowo Subianto itu melalui fakta-fakta berikut ini.
Prabowo Subianto adalah pebisnis yang handal. Gurita bisnis Prabowo Subianto digenjot Prabowo melalui grup bisnisnya Nusantara Energy yang dibangunnya setelah kepulangannya ke Indonesia dari pelariannya ke Jordania pada tahun 2011 yang silam.
Beberapa nama yang turut andil dalam gurita bisnisnya adalah nama-nama yang sudah tidak asing lagi dalam dunia persilatan bisnis dalam negeri.
Para taipan ekonom sekaliber Widjono Hardjanto, Bambang Atmadja, Johan Teguh Sugianto, adalah orang-orang kepercayaannya Prabowo Subianto yang punya andil dan peran yang besar dalam mengoperasikan bisnis-bisnisnya.
Group Nusantara Energy besutannya Prabowo Subianto ini kemudian berkembang pesat dan merajai bisnis dibidang kehutanan, kertas, perkebunan, tambang batu bara hingga perikanan.
Berkat polesan tangan dingin para taipan ekonom itu, salah satu perusahannya yang bergerak dibidang produksi kertas kini menjadi pabrik kertas yang terbesar di Asia Tenggara.
Prabowo mengendalikan puluhan perusahaannya tersebut dari kantornya yang berlokasi di lantai 10, Menara Bidakara, Jakarta. Semua gurita bisnisnya dikelolanya dengan memanfaatkan nama besarnya sebagai mantan Danjen Kopassus mantunya Soeharto, dan pemilik Partai Gerindra.
Dengan kekayaan yang melimpah ruah, Prabowo Subianto mampu mengkoleksi beberapa kuda kesayangannya yang harganya memcapai miliaran rupiah per ekor. Kuda-kuda tersebut adalah kuda pilihan dengan kualitas super tanpa cacat dan cela.
Koleksi beberapa kuda kesayangannya yang mahal harganya itu adalah brand image Prabowo Subianto dalam bertarung merebut kursi orang nomor satu di negeri ini.
Namun Gusti ora sare, sekalipun berlimpah materi dan bergelimang harta, Prabowo Subianto kalah telak melawan tukang kayu yang sederhana dari Solo.
Selain nama-nama para taipan ekonom diatas, adik kandungnya Prabowo Subianto, yaitu Hashim Djojohadikusumo, juga merupakan salah satu sosok dibalik kesuksesan Prabowo Subianto.
Hashim juga adalah pebisnis yang handal. Dulu Hashim berjaya dengan bendera Grup Tirtamas. Hashim Djojohadikusumo juga dikenal sebagai Bankir yang sukses yang memiliki sejumlah abank, seperti Bank Pelita, Bank Papan Sejahtera dan Bank Istismarat.
Selain itu Hashim juga adalah mantan pengendali perusahaan petrokimia yang besar, yaitu Tuban Petrochemical. Kini Hashim Djojohadikusumo ikut andil membesarkan Group Nusantara Energy besutannya Prabowo Subianto itu.
Peran Hashim di Group Nusantara Energy besutannya Prabowo Subianto itu khusus mengelola di bidang bisnis migas yang menguasai tambang-tambang batu bara dan perkebunan kelapa sawit di negeri ini.
Gurita bisnisnya Prabowo Subianto ini yang membuatnya sebagai calon Presiden terkaya di negara ini dengan total kekayaan mencapai hingga Rp 1,5 trilyun.
Lantas apa korelasinya dengan Revolusi Putih besutannya Prabowo Subianto? Korelasinya jelas. Salah satu perusahaan milik Prabowo Subianto dibawah bendera Group Nusantara adalah PT. Susu Nusantara dimana Fadli Zon menjabat sebagai Direktur di perusahaan tersebut.
Jika 792.495 siswa kaum Dhuafa yang kurang mampu di Jakarta setiap hari mengkonsumsi susu yang dipasok dari PT. Susu Nusantara, berapa keuntungan yang akan diraup oleh perusahaan milik Prabowo Subianto ini?
Itu baru dalam skala DKI Jakarta, bagaimana kalau dalam skala nasional seandainya Prabowo Subianto terpilih sebagai Presiden RI dan mencanangkan Revolusi Putih sebagai program wajib di seluruh Indonesia?
Asal tahu saja, jumlah siswa miskin di negeri ini sebanyak 15 juta siswa. Coba Anda bayangkan berapa keuntungan yang diraup oleh PT. Susu Nusantara miliknya Prabowo Subianto itu?
Intinya, politik dan bisnis itu bagaikan sendok dan garpu. Bahasa kerennya, Simbiosis Mutualisme. Saling membutuhkan dan saling menguntungkan satu sama lain.
Jadi tidak ada makan siang gratis karena Anies Baswedan bisa berhasil memecat Ahok dan sukses jadi Gubernur DKI Jakarta yaitu melalui kendaraan politik Gerindra, partai besutannya Prabowo Subianto itu.
Tanpa Prabowo Subianto dan Gerindra, Anies Baswedan bukanlah apa-apa. Pertanyaan terakhir, mampukah Anies Baswedan mengakomodir keinginan Prabowo Subianto dengan Revolusi Putihnya itu?
Entahlah. Sekali lagi, mari kita bertanya kepada pasir yang berbisik dan rumput yang bergoyang. Barangkali disana ada jawabnya.
0 Response to "Bisnis Susu Dibalik Revolusi Putih Prabowo Subianto"
Posting Komentar