Jokowi Lebih Unik dari Soeharto. Mengapa?



Presiden Joko Widodo (Jokowi)

SEWORD.COM-Penerapan ilmu kepemimpinan oleh Jokowi, tampak melebihi politikus yang lain seangkatannya, bahkan melebihi politikus lain sejak Soeharto. Kepemimpinan Jokowi tampak selaras dengan pendapat Northouse (2007, dalam Setyawan 2017) yang menyatakan bahwa gaya kepemimpinan, umumnya mencari petunjuk mengenai bagaimanakah sebuah (gaya) kepemimpinan dapat sukses dalam situasi tertentu. Beda situasi, beda gaya namun tetap ada gaya yang dominan. Tujuannya sama, menghindari kejatuhan/kegagalan. Jokowi telah menunjukkannya saat menjadi Walikota, Gubernur hingga kini jadi Presiden.


Sementara itu, hampir semua pemimpin di dunia berusaha menjaga citra dengan segala cara, serapat-rapatnya menutupi kelemahan, sekuat-kuatnya memamerkan keunggulan. Bahkan ada yang unggul-unggulkan diri. Ada yang tergila-gila dengan citra dan kekuasaan, pura-pura alim, bertingkah bagai bidadari atau raja dalam dongeng. Akting doang. Ada yang membuat propaganda tidak sesuai kenyataan agar tetap berkuasa.

Dalam sejarah Indonesia sejauh ini, Jokowi merupakan pemimpin sipil yang paling unik dan terbaik pasca Soeharto dan Jokowi lebih unik dari Soeharto. Buktinya, beda dengan Soeharto, Jokowi terpilih secara langsung sebagai Wali Kota Solo (2005); Gubernur DKI (2012) dan kini Presiden Indonesia sejak 2014. Jokowi adalah satu-satunya pemimpin Indonesia yang terpilih secara langsung oleh rakyat (bukan melalui DPR/D) sejak menjadi Wali Kota hingga menjadi Presiden, secara sambung-menyambung. Saya ingin menyaksikan apakah Tri Rismaharini (Wali Kota Surabaya), Ridwan Kamil (Wali Kota Bandung), Dedi Mulyadi (Bupati Purwakarta, Jawa Barat) atau Chris Rotok (mantan Bupati Manggarai, NTT) bisa mencapai sejarah karier politik seperti Jokowi.

Sangat unik: walikota menjadi Gubernur dan Presiden. Gaya kepemimpinan Jokowi juga unik. Lihat saja, ia membuka acara kenegaraan dengan memanah, mengundang pelawak ke istana, berpakaian sederhana seperti warga desa. Dari kota kecil Solo, yang tidak sebesar Bandung atau Makassar, Jokowi malah sukses menjadi RI 1. Mengapa Jokowi sangat sukses dalam 3 pemilu besar? Berikut ini dibahas beberapa keunggulan presiden Jokowi.


Jokowi pemimpin yang tenang, kalem

Ini keunggulan pertama. Jokowi tidak menggebu-gebu. Dalam menghadapi serangan ganas sekalipun, Jokowi tidak bersikap temperamental. Ia hadapi kemelut, serangan lawan politik, atau hinaan/fitnah dengan tenang tanpa berteriak di media masa. Ibarat air, tenang tetapi menghanyutkan. Ini ternyata sesuai karakter pribadinya, di mana oleh teman-temannya, Jokowi diakui sebagai seorang pendiam (Asita dan Nugrahanto, 2014:151). Saya teringat pengakuan Ahok bahwa gaya Jokowi dalam menghadapi ‘musuh’ adalah seperti memasukkan katak ke dalam panci berair, menyalakan api kecil, katak tidak menyadari bahwa air menjadi panas dan dia akan mati tidak berkutik.

Ketenangan Jokowi juga muncul dalam penyelesaian masalah Freeport. Saya tidak pernah menyaksikan semacam intrik appeal atau konferensi pers yang bombastis oleh Jokowi dalam menundukkan raksasa Freeport. Jika Jokowi menggebu-gebu dan mau pencitraan, maka kesuksesan mendivestasi saham 51% menjadi milik Pemerintah Indonesia (kompas.com) menjadi kampanye besar yang menguntungkan dirinya. Tetapi Jokowi kalem saja.
Saat menjadi gubernur Jakarta, dengan penuh ketenangan Jokowi melewati kisruh terkait lurah Susan. Metode penyelesaiannya sangat santai: makan siang bersama (merdeka.com). Ketenangan Jokowi juga tampak saat menghadapi ancaman massa dalam demo berjilid sejak 4 November 2016 hingga 31 April 2017. Di tengah salah satu jilid demo yang disinyalir menyasar dirinya ini, malahan Jokowi tampak santai berpidato, naik panggung milik pendemonya. Ini sejarah pertama di Indonesia bahwa Presiden memegang microphone milik pendemo dan malah berorasi di tengah para pendemo yang secara politis berseberangan degannya. Tenang-tenang mendayung, malah Jokowi yang bergaung!

Jokowi pemimpin yang sederhana


Jiwa sederhana Jokowi bukan dikarang-karang saat dia telah menjadi pemimpin, tidak dilakukan untuk pencitraan. Jokowi memang (tampak) berprinsip hidup sederhana. Tampak dari penampilannya, berpakaian ala rakyat biasa. Pergi ke Ragunan membayar tiket ala pengunjung biasa. Konvoi perjalanan resmi kepresidenan tanpa sirene. Benar-benar sederhana. Kesederhanaan ini membuat rakyat memandang Jokowi seperti orang dekatnya, dekat di hati rakyat dan hampir tidak ada jarak dari rakyat jelata. Rakyat sederhana, Jokowi juga sederhana.

Mungkin ini terbawa dari situasi saat muda, di mana Jokowi tertempa untuk hidup sederhana. Teman-teman Jokowi menceriterakan bahwa Jokowi pernah tidur di kos-kosan (saat kuliah di UGM) dengan beralaskan kasur tipis, langsung digelar di lantai tanpa tempat tidur (Asita dan Nugrahanto, 2014:39-40). Padahal Jokowi anak seorang pengusaha mebel.
Jokowi pemimpin yang tegas dan tidak gentar
Catatan sejarah hebat: Petral dibubarkan oleh Jokowi. Ini bukti ketegasan dan keberanian seorang pemimpin. Dari zaman sebelumnya, di mana Petral gagal dibubarkan sejak 2006, Jokowi dengan tidak gentar malah sukses menghentikannya. Jokowi juga bertindak tegas kepada negara asing. Di tengah ekspansi ganas-ganasan Cina di Laut Cina Selatan, Jokowi secara simbolis memimpin rapat di atas kapal perang. Ini berarti Jokowi secara tegar mengirim signal kepada Cina bahwa kedaulatan Indonesia itu harga mutlak. Kawan akrab pun, jika megganggu, akan dihadapi dengan penuh wibawa. Di atas kebenaran, Ia tidak gentar. Kemudian Jokowi secara resmi memberi nama Laut Natuna Utara, bagian laut yang berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan. Jokowi juga menghadapi Freeport dengan ketegasan dan nyali yang luar biasa. Freeport dipaksa membangun smelter di Indonesia dan pada akhirnya dapat divestasi saham 51% ke pangkuan pemerintah RI.

Jokowi pemimpin yang visioner

Cara pandang Jokowi luar biasa, dituangkannya dalam Nawacita. Ia menargetkan kemajuan lewat aneka program yang benar-benar menguntungkan, walaupun dengan pengorbanan modal dan dengan peluh keringat saat ini. Saya berpikir, sejak Presiden Soeharto, inilah pembagunan paling jor-joran dalam masa jabatan yang baru berjalan 3 tahun. Jokowi tidak sekedar megejar kenyamanan instan hari ini saja, tetapi ia menargetkan keuntungan permanen demi kemajuan negara ke depannya. Jiwa visioner ini tampak sejak tax amnesty. Jokowi secara brilian menjalankan pengampunan pajak, demi pembangunan infrastruktur secara massif. Jalan ToL, jalan trans pulau, bandara, pelabuhan, bendungan, dan infrastruktur lainnya benar-benar dikebut pembangunannya oleh Jokowi. Ini bukan belanja konsumtif sebagaimana gaji PNS atau subsidi BBM. Pembangunan infrastruktur itu seperti belanja modal: menghasilkan keuntungan bagi negara. Jokowi juga mencanangkan pembangunan energy listrik 35.000 megawatt. Misi besar menatap masa depan ketahanan energy listrik nasional. Sebab jika Jokowi tidak meningkatkan pasokan listrik maka rakyat kecil di desa-desa masih menggunakan generator (genset) dan boros solar atau bensin.

Jokowi melirik kiri-kanan dan menatap jauh ke depan, tidak sekedar menatap tajam ke ujung jari kaki. Ia menyusun langkah-langkah agar pembangunan tidak statis, apalagi mundur. Negara akan bergerak maju lewat visi dan aksi yang produktif dengan tidak menghambur-hamburkan uang negara pada subsidi yang konsumtif.


Andaikata Jokowi berkuasa selama 30 tahun, dengan karakter kepemimpinan sekarang, yakinlah, Indonesia akan jaya. Masih banyak keunggulan Jokowi. Tapi kali ini cukup sampai di sini. Mudah-mudahan dalam waktu dekat ini bisa mengulas keunggulan Jokowi sebagai pemimpin bersih yang bebas KKN dan berjiwa nasionalis.










0 Response to "Jokowi Lebih Unik dari Soeharto. Mengapa?"

Posting Komentar