Tampilan spanduk yang dianggap provokatif (Republika)
Seword.com - Sebuah spanduk yang mengatasnamakan Aliansi Masyarakat Ingin Damai bisa disingkat: Almaida) dikeluhkan oleh salah satu peserta Aksi Tiga Angka (299) yang berlangsung kemarin. Spanduk yang terpasang di pagar pembatas kompleks parlemen tersebut isinya begini:
DEMO MULU. DEMO LAGI. BOSEN. MASYRAKAT SUDAH CAPEK. DEMO TIDAK PRODUKTIF!
Kalau mau dicermati isinya, memang agak menyinggung sih, terutama buat para peserta aksi (demo) tiga angka yang mulai menjadi kebiasaan dan dianggap menjadi solusi untuk menyuarakan (memaksakan) pendapat dan keinginan. Nggak heran kalau salah satu peserta demo langsung merespons, seperti diberitakan laman republika.co.id, dengan nada protes, “Tentu saya tersinggung, jelas ini sudah provokatif. Kami demo juga dengan aturan kami hormati pihak lainnya. Seharusnya mereka juga menghargai kami.”
Helloooowww…mas-nya yang protes ini nyadar nggak sih kalau selama ini sampeyan dan gerombolan pendemo itu sudah benar-benar BIKIN SUSAH, BIKIN CAPEK, BIKIN UANG NEGARA TERBUANG PERCUMA, DAN BIKIN MALU BANGSA INI?
Lagipula, saya juga tak yakin, apakah para peserta demo, baik demo tiga angka kemarin maupun yang sudah-sudah, benar-benar mengerti esensi dari demonstrasi tiga angka tersebut. WAJAR SAJA kalau akhirnya ada kelompok yang juga protes dan menyuarakan pendapat. Itu pun hanya lewat satu spanduk, yang tak bisa ke mana-mana, tak butuh nasi bungkus, tak bisa lempar batu, tak bisa ngamuk, dan tak butuh amplop! Lha kok malah nggak terima karena merasa perjuangannya untuk demonstrasi tidak dihargai.
By the way, ide untuk membuat dan memasang spanduk itu menurut saya keren banget! Namun, respons yang muncul di lapangan agak mengecewakan, karena ditanggapi dengan cemen, sama sekali nggak gentle!
— Saya mau ketawa dulu … Wkwkwkwkw…! —
Kalau cuma spanduk seperti itu saja diprotes dan minta agar diturunkan (atau malah menurunkan sendiri?), rasanya kita perlu merenungkan (mengingat kembali), bagaimana dengan puluhan dan ratusan spanduk, baliho, selebaran, brosur, dan gempuran berita-berita yang memanaskan situasi dan hampir memecah belah bangsa ini? Sejauh mana para pembuat dan pemasangnya memikirkan bahwa tindakan ngawur tersebut SEDANG TIDAK MENGHARGAI persatuan dan kesatuan bangsa yang telah dijalin dan direkatkan dengan harga yang sangat mahal?
Seperti yang banyak diberitakan di berbagai laman online, aksi demo tiga angka kemarin menyuarakan penolakan terhadap Perppu Ormas yang beberapa waktu lalu dikeluarkan oleh pemerintah, dan menolak kebangkitan paham komunis (dalam hal ini PKI). Sebagai masyarakat awam, yang jadi malas ke Jakarta sejak demo tiga angka berjilid-jilid mulai dikobarkan, sudah waktunya KELOMPOK KALIAN juga mulai berpikir, tindakan apa yang bertujuan sama (menyuarakan aspirasi), tetapi sekaligus juga menghargai hak orang lain untuk bisa hidup aman, nyaman, dan tenang.
Tanyakan kepada diri sendiri, jika demo tiga angka semacam ini produktif, bisa bikin bangsa ini sejahtera, bisa bikin oknum-oknum kepala daerah itu batal untuk meneruskan niat korupsinya, atau bisa bikin investor datang beramai-ramai untuk ikut membangun negeri ini, maka DEMONSTRASILAH SEPUASNYA!
Tanyakan kepada pemimpin atau kordinator demonstrasi kalian … kalau demo tiga angka yang entah masih berapa kali lagi akan diadakan (lihat perkembangan politik sampai 2019 nanti), apakah dengan demonstrasi bisa langsung mengurangi angka kemiskinan di negeri ini? Apakah bisa otomatis menaikkan kepercayaan warga negara asing untuk ramai-ramai datang ke Indonesia, berwisata dan berbelanja, sehingga pariwisata negeri ini bisa semakin dikenal oleh dunia?
Dan … tanyakan kepada rumput yang bergoyang … apakah demonstrasi tiga angka tersebut benar-benar lahir hati yang tulus, bersih, bebas dari kebencian dan kepahitan, sehingga pesan yang akan disampaikan nantinya juga berdampak positif bagi masyarakat luas? Apakah kalian benar-benar berjuang demo kebaikan negeri ini pada masa mendatang, seperti demonstrasi bersejarah dari para mahasiswa yang pernah terjadi pada 1998 silam? Demonstrasi yang berhasil memberi “arah baru” bagi negeri kita, dan menggulingkan pemimpin rezim yang berkuasa selama 32 tahun! -> Mengapa yang terakhir saya suruh nanya ke rumput yang bergoyang, karena saya yakin jawabannya tidak akan pernah diperoleh!
****
Ada baiknya, spanduk berisi penolakan aksi demonstrasi tiga angka itu, kalau sudah terlanjur dicopot, jangan dibuang. Kalau sudah terlanjur, ya minimal gambarnya (seperti pada artikel ini) bisa disimpan, lalu isinya direnungkan selama 7 hari 7 malam, kalau perlu sambil berpuasa dan semedi di lereng Gunung Merapi. Tanyakan begini:
Apa nggak capek, demonstrasi terus model gitu?
Apa gunanya buat saya, buat keluarga saya, buat negara ini?
Benarkah demo yang selama ini kita lakukan memang tak produktif?
Apa nggak ada cara lain yang lebih elegan, produktif, dan efektif?
Kalau sudah dapat jawabannya, kasih tahu saya …. Ditunggu beneran, lho!
0 Response to "Demo Terus … Masyarakat Memang Sudah Capek Bro!"
Posting Komentar