Partai Pro Jokowi Harus Solid Menatap Kursi Jabar Satu.

Membaca peluang dan elektabilitas para calon gubernur Jawa Barat, hasil survey menyebutkan Ridwan Kamil menduduki peringkat teratas, disusul Dedy Mizwar dan Dedi Mulyadi. Mungkin berangkat dari hasil tersebut, partai Golkar sedang berhitung plus minus untuk menjatuhkan pilihan kepada figur-figur yang berpotensi menjadi calon yang akan diusungnya.

Secercah harapan untuk memasangkan Ridwan Kamil dengan Dedi Mulyadi, tampaknya ditunjukkan oleh Tim Pemenangan Pemilu Golkar Indonesia I, dan diharapkan mereka berdua membuka diri, sehingga peluang untuk berhasil menduduki kursi Gubernur dan Wagub Jabar, terbuka lebar.

“Pintu bagi Ridwan Kamil untuk diusung dari Partai Golkar belum tertutup. Memang kita sudah memutuskan untuk mencalonkan Dedi Mulyadi untuk dicalonkan jadi Gubernur atau Wakil Gubernur Jawa Barat. Namun situasi dan perkembangan politik masih sangat cair dan bisa berubah,” ujar Korbid Pemenangan Pemilu Partai Golkar Indonesia I (Jawa-Sumatera) Nusron Wahid dalam keterangan tertulis, Jumat (18/8/2017).


Nusron mengungkapkan saat ini Partai Golkar tengah bekerja untuk menyandingkan RK dengan Dedi Mulyadi. Namun pihaknya masih terkendala hambatan teknis dan psikologis di antara keduanya.



Sementara partai Demokrat menanggapi positif atas upaya RK mendekati pihaknya, “Demokrat membuka diri kepada setiap putra daerah, baik yang menjadi kader kami maupun yang belum, yang ingin mengabdikan diri di pilgub,” ujar Ketua DPP Demokrat Didik Mukrianto di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Kamis (31/8/2017).

Untuk mencukupi dukungan berdasarkan kursi di DPRD Jabar, Ridwan Kamil juga secara intens mendekati partai PPP. Jika dikalkulasi dengan berharap memperoleh dukungan dari Partai Demokrat dan PPP, maka ambang batas dukungan sudah lebih dari cukup, yakni total 21 kursi berasal dari Nasdem, PKB, Demokrat dan PPP.

Harapan kita sebagai warga Jawa Barat, para pemegang otoritas dalam menetapkan siapa yang bakal diusungnya, menitik beratkan pertimbangan kepada faktor kepentingan yang lebih luas. Kita sudah bisa menilai kondisi Jabar dalam dua periode kepemimpinan Aher, yang membawa bendera PKS sebagai pendukung utama.


Giliran berikutnya semoga masyarakat disadarkan, agar memberi peluang kepada calon yang lebih visioner. Jangan sampai kita terus menerus disuguhkan harapan dan janji kesejahteraan masyarakat, namun nyatanya selalu berhenti pada tingkat program dan wacana.

Mudah-mudahan periode kepemimpinan 2018-2023, bisa membawa Jawa Barat kembali bergeliat, tidak lagi jalan di tempat, dan mudah menilai kemajuan dari sisi pembangunan fisik, bukan dibatasi pada mempertontonkan visi yang high class.

Satu-satunya cara, penulis sarankan untuk memberikan peluang kepada calon yang sudah terbukti berhasil di daerah tingkat dua yang dipimpinnya.

RK dan DM tidak seharusnya berada dalam kubu yang berbeda, karena hal ini hanya akan mempersempit peluang mereka. Ketika konstituen mereka saling beririsan, tentu mereka dipaksa untuk memilih satu diantara dua. Lain halnya jika RK dan DM bergabung, tentu pemilih dengan senang hati memilih pasangan ini.

Adapun kendala yang muncul ke permukaan, dimana disebutkan Dedi Mulyadi belum ada komunikasi dengan Ridwan Kamil untuk kemungkinan menjadi pasangan, tentu harus diawali oleh pihak ketiga yang menginisiasi komunikasi itu.

Kita berharap partai pendukung pemerintahan Jokowi, menunjukkan kembali komitmennya, agar daerah-daerah tidak mengalami kesulitan menerjemahkan program-program pemerintah pusat yang dimotori Presiden, sebaiknya saling bergandengan tangan mendukung calon yang memiliki visi yang sama dengan Jokowi.

Semakin mendekati batas waktu penentuan calon, tampaknya mulai bertambah parpol yang membidik Ridwan Kamil, dan tentu hal ini membuka harapan semakin besar, kecukupan dukungan berdasarkan keterwakilan kursi DPRD akan segera terpenuhi.

Tetapi disamping kecukupan tadi, lebih penting lagi untuk membuka peluang lebih besar di sisi dukungan dari pemilih. Maka penting untuk meyakinkan masyarakat, mereka tidak terpecah memilih satu diantara dua calon yang memiliki visi yang sama.

Golkar yang berpotensi besar mendukung Dedi Mulyadi, serta Nasdem sebagai pengusung utama Ridwan Kamil, selayaknya melihat sisi ini sebagai titik rawan bagi peluang keduanya dibidik para pemilih. Jika pemilih dipaksa untuk menentukan salah satu diantara dua figur ini, maka peluang yang dimiliki calon lain pasti akan cukup terbuka lebar. Dan hal inilah yang seharusnya dicegah sekuat tenaga.

Mudah-mudahan para pengusung kedua calon, bisa membaca peta kekuatan mereka, agar kans untuk menggolkan calon mereka tidak terbuang sia-sia.

sumber:

Tweet