Hari ini saya membaca beragam berita. Ada yang menarik perhatian saya, yaitu lagi dan lagi dalam dunia politik secara nasional. Politik Indonesia sejak pilkada DKI cukup gaduh sekaligus rusuh.
Tak perlu saya jelaskan tentang kegaduhan tersebut. Karena sebagai manusia dan sebagai warga negara dalam konteks bernegara tentu kita mengetahui polemik dalam politik yang sudah sejak 2014 yang lalu memunculkan isu yang berkaitan dengan SARA, PKI termasuk khilafah.
Menariknya, siapa yang diserang dalam isu PKI dan SARA 2014 yang lalu dalam pertarungan kursi no 1 Indonesia yaitu Jokowi, ternyata tidak membuat Jokowi gagal dalam memenangkan “pertarungan” tersebut yang mengantarkannya menjadi Presiden. Lebih menarik lagi, justru popularitas dan kinerjanya dalam memimpin Indonesia justru semakin meningkat dan membuat kecintaan rakyat terhadapnya tidak berpaling.
Pihak lawan politik Jokowi, tampaknya tidak bosan dan tidak jenuh, maklum keserakahan itu tanpa batas. Isu SARA kembali dimainkan lewat pilkada DKI. Tak bisa dipungkiri mereka memenangkan “pertarungan” cagub dan cawagub. Lalu apa yang diketahui pada akhirnya? Ternyata terungkap ada komplotan yang memang khusus untuk mengujar kebencian dan semakin memanaskan isu SARA. Kelompok ini diketahui bernama Saracen. Kemudian adakah hubungannya dengan pihak yang memainkan isu SARA dalam pilkada DKI yang berkedok bahwa Basuki penista agama? Saya rasa kawan-kawan bisa menganalisanya sendiri, namun untuk diketahui bersama, beredar foto kelompok tersebut dengan politisi-politisi bahkan cagub dan cawagub yang memenangkan pilkada DKI.
OKE, sekarang jika kita berpikir sedikit jernih. Semua sudah usai. Dan cukup alias cukup tahu. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Justru isu PKI dan SARA semakin dipanaskan, baik dari dikaitkan dengan konflik Rohingnya sampai opini PKI yang kian begitu massive.
Ada satu kabar yang membuat kita cukup geleng kepala. Dimana salah satu partai yang mengusung cagub dan cawagub yang terpilih di DKI. Justru ingin menggelar nobar (nonton bareng) film G30S/PKI. Berikut kabar tersebut yang penulis ambil dari detik :
PKS bakal menggelar acara nonton bareng atau nobar film G30S/PKI serentak, yang diselenggarakan Fraksi PKS di DPRD seluruh wilayah Indonesia. Nobar akan digelar pada 30 September 2017.
“Selaku ketua fraksi, saya instruksikan seluruh fraksi DPRD provinsi dan kabupaten/kota untuk menyelenggarakan acara nobar film G30S/PKI dengan mengajak sebanyak mungkin masyarakat untuk hadir serta menyiapkan tempat yang memadai dan sarana prasarana yang diperlukan,” ujar Ketua F-PKS Jazuli Juwaini dalam keterangan tertulis, Senin (18/9/2017).
Salah satu tujuan PKS menggelar nobar adalah mengingatkan masyarakat mengenai pentingnya menjaga ideologi bangsa. Karena itu, Jazuli meminta Fraksi PKS se-Indonesia mengajak masyarakat untuk ikut nobar. Jazuli juga mendukung langkah TNI yang akan mengagendakan acara serupa.
“Tujuan utamanya adalah untuk membangun dan mengokohkan rasa nasionalisme, terutama untuk generasi muda, menanamkan kepada mereka beratnya perjuangan mempertahankan republik hingga nyawa taruhannya,” kata Jazuli.
“Kita semua tentu menyambut baik upaya ini karena berbekal nasionalisme yang kuat bangsa ini akan tetap terjaga dan berdiri kokoh,” tambah anggota Komisi I DPR ini.
Pertanyaan saya, bukankah film tersebut sudah lama tidak diputar kembali? Yang mana film tersebut menjadi tontonan wajib di era ORBA. Jika film itu tersebut benar sesuai faktanya, kenapa tidak menjadi tontonan wajib lagi? Lalu bukankah masyarakat sudah meyakini bahwa PKI itu tidak mungkin lagi tumbuh. Sudah menjadi hantu, bahasa gak enaknya.
Kalau tujuan nobar tersebut untuk mengingatkan masyarakat pentingnya menjaga ideologi dan mengokohkan rasa nasionalisme. Saya rasa film kekejaman ISIS dan gerakan radikal lebih HOT untuk menjadi pilihan. Dimana banyak orang dibantai, seiman tapi disemblih, kekerasan terhadap minoritas, fundamental ditengah negara majemuk, perempuan dijadikan pabrik pembuat anak. Anak-anak menjadi korban BOM. Membenci dan menanamkan kebencian yang mendalam dengan yang tidak sepaham. Laki-laki dipaksa ikut perang. Merampok, dst. Yang semua itu atas agama dan berkedok jihadi. Kenapa yang tidak demikian ditonton bareng.
Bukankah hal demikian juga menjadi isu Global. Bagaimana mungkin beralasan menjaga ideologi negara, sementara khilafah dikoar-koarkan. Bagaimana mungkin bisa menyebut memperkokoh nasionalisme, sementara keberhasilan 51% saham freeport tidak diapresiasi, menenggelamkan kapal pencuri tidak diapresiasi, membangun pinggiran, BERDIKARI, jaminan pendidikan, tidak juga diapresiasi sekaligus didukung. Artinya memang ada yang salah dalam syaraf kepala partai yang ingin nobar PKI.
Dan saya meyakini, bahwa isu ini akan terus digerakkan sampai pilres 2019. Namun saya lebih meyakini lagi bahwa masyarakat tidaklah bodoh dan tidak mau dibodohi lagi oleh para politikus rakus. Oleh ormas kegamaan yang buta dan tuli.
0 Response to "Fekaes Mau Nobar PKI, Kok Tidak Nobar ISIS Saja?"
Posting Komentar