Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo
“Tanpa infrastruktur, jangan mimpi negara ini bisa bersaing.”
– Presiden Joko Widodo –
Sejak hari pertama Jokowi berkantor di Istana Negara, sejak saat itu pula ia menyuarakan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Jokowi sadar betul bahwa infrastruktur di Indonesia jauh terpaut jika dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Bahkan saya mencatat, bahwa dari sembilan agenda prioritas pemerintahan Jokowi-JK (Nawacita), empat di antaranya terkait dengan pembangunan infrastruktur.
Keseriusan Jokowi tersebut memang sangat beralasan. Sebagaimana disebut oleh Ketua Umum Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Danang Parikesit, bahwa Indonesia tertinggal 20 tahun lebih jika dibandingkan dengan negara-negara maju lainnya. Indonesia masih tertinggal jauh dalam pengembangan dan penyediaan infrastruktur transportasi seperti jaringan jalan, pelabuhan, bandara, dan rel kereta api.
Bukan hanya infrastruktur transportasi, berbagai jenis infrastruktur lainnya juga mengalami nasib yang sama dengan infrastruktur tranportasi. Infrastruktur pariwisata misalnya. Sektor yang dapat mendatangkan devisa yang cukup fantastis tersebut, kurang diseriusi selama ini. Minimnya sarana pendukung pariwisata saat ini, di samping pelayanan sebagian masyarakat di daerah-daerah wisata yang kurang baik terhada para pelancong, membuat wisata Indonesia kurang diminati oleh para wisatawan mancanegara.
Malaysia, Singapura dan Thailand, menjadi beberapa negara ASEAN yang cukup berhasil mengembangakan sektor pariwisatanya. Puluhan juta wisatawan dari berbagai negara termasuk wisatawan asal Indonesia berkunjung ke negara-negara tersebut setiap tahunnya. Mereka sukses meraup devisa yang cukup besar dari kunjungan para wisatawan tersebut. Saat ini, ketiga negara tersebut berhasil menempati posisi 35 besar pariwisata terbaik di dunia.
Begitu pula dengan Spanyol, Perancis, Jerman, Jepang, Inggris, Amerika Serikat, Australia, adalah contoh negara dengan infrastruktur pariwisata terbaik dan jumlah kunjungan wisatawan terbanyak di dunia. Infrastruktur yang sangat mumpuni serta pelayanan yang sangat memuaskan, membuat setiap pengunjungnya merasa aman dan nyaman saat berkunjung ke negara-negara tersebut.
Begitupun Uni Emirat Arab, menjadi salah satu negara yang cukup serius membangun dunia pariwisatanya. Dubai, ibukota Uni Emirat Arab, yang sebelumnya hanya terdiri dari hamparan gurun pasir, disulap menjadi sebuah kota yang begitu modern. Tidak tanggung-tanggung, Rp. 4.400 triliun, atau setara dengan hampir dua kali lipat APBN Indonesia tahun 2018, digelontorkan untuk menjadikan Dubai sebagai kota yang sangat eksotis yang menawarkan berbagai kemewahan, yang menjadi daya tarik bagi para wisatawan “tajir.”
Jutaan para wisatawan berharta dari berbagai negara, beberapa pemimpin dunia, bahkan para artis papan atas dunia sudah berkunjung ke kota “gurun pasir” tersebut. Dan ditargertkan, pada tahun 2020, akan ada 20 juta turis berkunjung ke Dubai.
Sesungguhnya Indonesia tidak kalah indah dengan negara-negara tersebut. Indonesia dianugerahi alam yang menawarkan berjuta pesona dan keindahan oleh yang Mahakuasa. Indonesia memiliki ratusan suku dan budaya yang dengan segala keunikan dan kekhasannya. Indonesia juga memiliki kuliner yang cukup lengkap dan beragam, lautan yang luas dengan pantainya yang cukup indah, serta gunung-gunung yang menjulang tinggi.
Namun, ketidakseriusan pemerintah selama ini dalam mengelola keindahan ciptaan Tuhan tersebut, mengakibatkan industri pariwisata di Indonesia kurang bergairah. Kecuali Bali, yang ditetapkan menjadi destinasi wisata terbaik di dunia tahun ini, dan beberapa tempat-tempat wisata lainnya yang telah dikelola secara profesional, daerah-daerah lain di Indonesia belum menjadikan pariwisata sebagai sasaran utama pembangunan.
Tempat-tempat wisata yang sesungguhnya teramat indah tersebut tidak dikelola dengan baik. Bahkan tidak jarang para wisatawan yang datang ke Indonesia mendapat perlakuan yang kurang baik dari masyarakat. Akibatnya, para wisatawan tersebut enggan untuk datang kembali berkunjung.
Menyikapi hal tersebut, Jokowi bergerak cepat untuk mendorong pertumbuhan industri pariwisata di Indonesia. Bahkan Jokowi menargetkan tahun 2019, sektor pariwisata akan mejadi penyumbang devisa terbesar. Jokowi mempercepat pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata, seperti pembangunan jalan, pelabuhan, hotel, bandar udara, serta sarana penunjang lainnya. Dengan pembangunan infrastruktur tersebut, diharapakan konektivitas antardaerah akan semakin baik.
Salah satu langkah cepat Jokowi adalah dengan menetapkan 10 destinasi wisata prioritas di Indonesia, yang kerap ia sebut dengan “10 Bali baru.” Danau Toba, Tanjung Kelayang, Kepulauan Seribu, Tanjung Lesung, Borobudur, Bromo, Mandalika, Wakatobi, Pulau Morotai, dan Labuan Bajo adalah 10 Bali baru yang ditetapkan oleh pemerintah tersebut.
Pemerintah telah menyiapkan 30 triliun Rupiah ditambah dengan investasi dari pihak swasta senilai Rp. 100 triliun untuk membangun berbagai infrastruktur di 10 tempat wisata prioritas tersebut. Langkah tesebut diharapkan dapat mempercepat pertumbuhan industri pariwisata Indonesia, serta untuk mencapai target 20 juta kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), dengan target pemasukan devisa Rp. 260 triliun pada tahun 2019.
Apabila target tersebut dapat dicapai, maka sektor pariwisata pada tahun 2019 akan mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 13 juta orang. Pada tahun 2017, kunjungan wisman ke Indonesia ditargetkan sebanyak 15 juta orang yang akan menyerap 12,4 juta tenaga kerja.
Jumlah kunjungan wisman tersebut meningkat tajam dibandingkan dengan tahun pertama Jokowi menjadi presiden yang hanya sekitar sembilan juta kunjungan wisman. Banyaknya tenaga kerja yang terserap tersebut akan mampu menurunkan tingkat pengangguran serta mengurangi penduduk miskin di Indonesia.
Atas berbagai pembangunan infrastruktur pariwisata yang begitu gencar tersebut, indeks daya saing pariwisata Indonesia tahun 2017, meningkat tajam ke urutan 42 dunia. Indeks daya saing pariwisata tersebut melesat 32 peringkat dari urutan 74 dunia pada tahun 2012. Sebuah prestasi yang begitu mengagumkan selama kurang dari tiga tahun pemerintahan Jokowi.
Begitupun sektor pertanian, Jokowi memberikan perhatian yang cukup serius terhadap sektor ini. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Jokowi untuk menggenjot peningkatan hasil pertanian di Indonesia. Dengan demikian, kualitas hidup masyarakat Indonesia yang sebagaian besarnya masih menggantungkan hidupnya dari hasil pertanian, akan semakin meningkat.
Salah satu masalah pertanian yang jamak ditemui di seluruh penjuru nusantara saat ini adalah kurangnya air untuk mengairi sawah-sawah para petani. Menyikapi hal tersebut, Jokowi merencanakan pembangunan 65 bendungan hingga tahun 2019. Hingga tahun 2017, 39 bendungan sedang dalam tahap pengerjaan, dan sebagaian di antaranya telah rampung dikerjakan.
Selain membangun bendungan/waduk, untuk mengatasi permasalah buruknya irigasi di berbagai daerah di Indonesia, Jokowi juga membangun ribuan embung. Hingga penghujung tahun 2017, ditargetkan 30.000 embung akan segera dibangun yang tersebar hampir di seluruh daerah di Indonesia, yang lebih dari 50 persennya berada di Indonesia timur.
Pemerintah juga begitu gencar memberikan bantuan peralatan pertanian kepada para petani. Jokowi, lewat Menteri Pertanian, telah membagikan 180 ribu alat mesin pertanian kepada para petani serta bantuan bibit untuk meningkatkan kualitas serta kuantias hasil pertanian.
Lewat berbagai kebijakan tersebut, pada tahun 2016, Indonesia mampu meraih swasembada beras. Pertama kali setelah 32 tahun lalu Indonesia mengalami hal yang sama. Jika sebelumnya Indonesia harus mengimpor beras, tahun ini sebaliknya: Indonesia mengekspor beras ke beberapa negara. Tidak butuh waktu lama, hanya dalam kurun waktu dua tahun saja, Indonesia mampu meraih prestasi besar tersebut. Bagaimana kalau 10 tahun?
Bukan hanya beras, bawang merah, cabai dan jagung juga mengalami peningkatan produksi yang cukup signifikan. Sama halnya seperti beras, ketiga produk pertanian tersebut juga mengalami swasembada, yang menjadi sejarah dalam sektor pertanian Indonesia.
Stabilnya harga-harga pangan saat ini tidak terlepas dari kebijakan yang cukup brilian tersebut. Bahkan pada bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri yang lalu, harga-harga pangan serta berbagai kebutuhan pokok lainnya yang biasanya naik melonjak tinggi, hal itu tidak terjadi tahun ini. Berbagai jenis kebutuhan dapur tersebut diperjual-belikan dengan harga yang cukup stabil. Ini juga sejarah baru yang diciptakan oleh Jokowi.
Kebijakan Jokowi lainnya untuk mengentaskan kemiskinan adalah dengan menggenjot pembangunan infrastruktur transportasi. Menurut Jokowi, hanya dengan infrastruktur yang baiklah sebuah negara akan dapat bersaing. Jika tidak, itu hanya mimpi belaka.
Sejak tahun 2014, Jokowi lebih fokus pada pembangunan infrastruktur. Kebijakan yang tidak lazim dilakukan oleh pemerintahan sebelumnya ini, dilakukannya hanya oleh karena keprihatinnya terhadap rendahnya kualitas infrastruktur di Indonesia yang berimbas pada rendahnya tingkat perekonomian masyarakat.
Tahun depan, Jokowi masih tetap fokus pada pembangunan berbagai infrastruktur. Senilai 409 triliun Rupiah dari Rp. 2.204 triliun APBN Republik Indonesia tahun 2018, diperuntukkan untuk sektor infrastruktur. Anggaran yang cukup besar tersebut akan dipergunakan untuk pembangunan ruas jalan baru, jalan tol, bandar udara, jalur kereta api, irigasi, bendungan, perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah serta sanitasi lingkungan.
Dan satu hal yang sangat menggembirakan adalah, lebih dari separuh anggaran infrastruktur tersebut akan diperuntukkan untuk membangun kawasan Indonesia timur yang masih jauh tertinggal bila dibandingkan dengan kawasan Indonesia barat. Bukan hanya tahun 2018 saja, sejak tahun 2014 lalu, membangun Indonesia timur sudah menjadi prioritas utamanya.
Jokowi sadar betul, bahwa Indonesia timur yang selama tertinggal cukup jauh ketimbang daerah-daerah lain harus segera “dimerdekakan.” Keputusan besar presiden tersebut bukan tanpa alasan. Lebih dari 75 persen dari 122 daerah miskin yang ada di Indonesia, berada di wilayah Indonesia timur.
Sebelumnya, pemerintah lebih memusatkan berbagai program pembangunannya di daerah-daerah tertentu saja, dan abai terhadap wilayah-wilayah lainnya. Dan menurut saya, di saat itu pulalah pemerintah telah gagal melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia.
Tidak hanya satu atau dua tahun saja mereka mengalami hal demikian. Berpuluh-puluh tahun lamanya mereka merindukan kemerdekaan sejati. Bukan kemerdekaan semu yang selama ini mereka alami. Memang, dari belenggu penjajahan mereka telah terbebas. Tetapi, kemiskinan, kebodohan, kemelaratan, kesulitan ekonomi, dan keterbelakangan, masih mengungkungi mereka.
Namun, kehadiran Jokowi menjadi pemimpin rakyat Indonesia lewat berbagai program pembangunan yang secara terus-menerus digalakkannya, memberi solusi atas berbagai permasalahan yang cukup pelik yang mereka hadapi tersebut. Jokowi hadir memberi warna dan harapan baru bagi masyarakat Indonesia untuk benar-benar menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kini, masyarakat Indonesia timur sedikit demi sedikit telah merasakan hasil dari kerja keras Jokowi tersebut. Pembanguan ruas jalan baru serta perbaikan ruas-ruas jalan yang tidak terurus selama ini, seperti di Kalimantan, Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara dan Papua, terus dikebut. Begitu pula pembangunan jembatan, pelabuhan dan bandar udara yang saat ini terus dikerjakan.
Di samping pembangunan infrastruktur jalan, tujuh Pos Lintas Batas Negara (PLBN) yang dimilik oleh Republik Indonesia, juga dipercantik. Pos perbatasan yang sebelumnya hanya seadanya saja dan hampir tidak ada tanda-tanda kehidupan di sana, oleh Jokowi diubah menjadi pos perbatasan yang megah, mewah dan indah. Pun jaringan jalan di daerah perbatasan Indonesia (Kalimantan)-Malaysia, Indonesia (Papua)-Papua New Guinea, Indonesia (NTB)-Timor Leste, tahun 2019, diperkirakan akan selesai dibangun.
Bukan hanya infrastruktur transportasi, infrastruktur pertanian juga terus digenjot di sana. Dari sejumlah bendungan, irigasi dan embung yang saat ini telah dan sedang dikerjakan oleh pemerintah, 50 persennya ada di Indonesia timur.
Lewat pembangunan berbagai infrastruktur transportasi dan pertanian tersebut, angka kemiskinan yang cukup tinggi di sana, secara perlahan dapat ditekan. Dan daya beli masyarakat semakin meningkat karena distribusi barang sudah lebih baik.
Pembangunan jaringan listrrik juga terus dikebut. Berbagai pembangkit tenaga listrik pada saat ini telah selesai dibangun dan sebagian lagi dalam tahap pembangunan. Untuk menjangkau daerah-daerah terpencil, Jokowi telah mengganggarkan ratusan miliar Rupiah untuk pengadaan lampu tenaga surya. Sehingga 2.500 desa di Indonesia, yang sebagaian besarnya ada di wilayah Indonesia timur, yang saat ini sama sekali belum teraliri listrik akan segera merasakan nikmatnya melewatkan malam di bawah terang lampu listrik.
Memang tidak mudah. Butuh komitmen yang kuat serta keteguhan dan ketulusan hati. Namun, Jokowi telah membuktikannya. Cita-citanya yang sangat mulia itu, untuk menciptakan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, dibuktikannya dengan berbagai usaha yang dilakukannya untuk mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
Lewat menggenjot pembangunan berbagai infrastruktur yang saat ini dikerjakannya, adalah salah satu cara terbaik untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang sejahtera, untuk menciptakan bangsa Indonesia yang berdaulat, adil dan makmur.
0 Response to "Entaskan Kemiskinan, Jokowi Genjot Pembangunan Infrastruktur"
Posting Komentar