Jokowi adalah fenomena. Dia adalah potret kesederhanaan. Dia kini tengah melawan badai bernama kasus Setya Novanto. Ini terkait dengan Pilpres 2019. Ia tegar melawan badai, dan juga angin. Kadang angin berubah menjadi puting-beliung politik. Kali lain menjadi topan dahsyat tak terkira kuatnya.
Kasus Setya Novanto adalah contoh badai zig-zag politik-hukum sempurna terbesar dan terdahsyat yang hanya tampak bagai puncak gunung es. Dan, lagi-lagi Jokowi menghadapinya. Badai yang membawa bara api. Tetap panas. Meskipun Setya Novanto mundur dari posisi Ketua DPR. Bara api itu Aziz Syamduddin.
Kekuatan Setya Novanto memang tak terbayangkan oleh manusia umum. Pernyataan Donald Trump menunjukkannya. Dengan mudahnya dia ikut dalam forum kampanye Trump sekelas Nigel Farage. Top. Dia diperkenalkan di depan publik Amerika – dan dunia – sebagai salah satu orang terkuat di Indonesia. Wah.
Pun ia adalah kekuatan, kejayaan kaitan dunia bisnis dan politik. Ia gambaran peta kekuasaan di Indonesia yang terkait dengan seluruh sistem dan struktur. Tak terurai. Bisnis, lobi, politik, hukum, kekuasaan, uang dan pengaruh. Semuanya menyatu dalam satu diri: Setya Novanto.
Kekuatan dan kemaharajaan Setya Novanto begitu sempurna. Setiap orang adalah temannya. Dari kelas kakap sampai kelas teri. Tak ada yang tersisi di depannya. Dari politikus papan atas sampai papan bawah semua adalah kawannya.
Rangkaian penjalinan pertemanan itu sudah ada sejak zaman Orba. Hidup dekat dengan ormas underbouw politik Golkar Kosgoro membuatnya matang di politik. Dekat dengan militer – jadi menantu seorang jenderal – membuatnya masuk dalam ring kekuasaan di Golkar dan bisnis.
Berteman akrab dengan Muhammad Riza Chalid atau Reza Chalid adalah pangkal keabadian kejayaannya. Mafia Petral ini mengajari seluruh cara merampok uang negara yang tak terbayangkan. Minyak sebagai lingkaran kejahatan subsidi pengaya para mafia selama puluhan tahun. Dan, juga semua hal terkait proyek dan pembiayaan perbankan.
Sistematisasi korupsi dengan segala rangkaian dan keterkaitannya menjerat seluruh lini kehidupan birokrasi Indonesia. (Presiden Jokowi menyebutnya sebagai jerat yang dipasang untuk diri sendiri. Peraturan berjumlah 42,000 adalah proses ekonomi biaya tinggi. Setiap tahapan adalah biaya. Adalah uang. Itu menguras energi dan modal.)
Pengalaman berteman dengan mafia membuat Setya Novanto makin berkibar. Bendera kejayaan semakin hebat naik ke puncak tiang dunia perkorupsian. Ditambah berteman dengan pemilik kasus kereta bekas Jepang Hatta Rajasa, dia menancapkan kuku lobi proyek berbiaya APBN semakin dalam. Beberapa pesaing lama pun tersingkir.
SBY tetap memberikan angin surga dengan Gamawan Fauzi mengurus E-KTP. Setya Novanto menjadi kuci. Dia adalah kunci keamanan. Dia adalah pusat strategi bisnis dan politik yang menyatu bagaikan air laut dan air tawar: menjadi payau. E-KTP menjadi salah satu proyek adiknya Century pada zaman rezim SBY. Dan, Gamawan Fauzi ada di lingkaran itu selain Setya Novanto.
Perlu dicatat E-KTP adalah kasus di bawah rezim SBY. Yang aneh peran itu seolah dibebankan ke Setnov. Sementara Gamawan Fauzi masih berkeliaran, dengan Marzuki Ali masih bebas, yang sesama disebut dalam kasus E-KTP. Mereka berada dalam barisan panjang yang disebut sebagai terlibat dalam geng para penjahat pengkhianat negara bernama koruptor.
Kini badai itu kembali bertiup setelah Setya Novanto dipastikan game over. Dengan satu perjuangan lagi yang bisa menghentak dan menghantam Jokowi. Praperadilan nekat Setya Novanto. Ini pertunjukan terakhirnya. Pun KPK tidak akan tunduk kepada keputusan hakim Kusno nanti, jika tidak sejalan dengan KUHP. Tidak perlu menuruti keputusan jika membatalkan kasus tersangka Setnov. Yurisprudensi dan preseden hukum ala hakim Sarpin harus diakhiri.
Badai itu adalah titipan Setya Novanto yang menunjuk loyalis Ical Aburizal Bakrie, Aziz Syamsuddin. Dia dipasang di kursi Ketua DPR – dengan tujuan bargaining position . Dari kursi DPR RI ARB bermain menggemboskan dukungan kepada Airlangga Hartarto. Posisi tawar ini hendak mementahkan dukungan kepada Airlangga Hartarto. Pun pesan disampaikan oleh ring kalangan seperti Robert Kardinal dan Nurdin Halid – yang berbeda haluan dengan Jusuf Kalla, one of the king makers of Golkar. Itulah tantangan dan badai yang dihadapi sang fenomenal: Jokowi.
Jokowi berdiri sendirian di puncak menara gading kekuasaan negeri. Orang baik itu bernama Jokowi. Perlawanan terhadap Jokowi tak akan pernah berhenti. Mafia sangat tidak nyaman berhadapan dengan Jokowi. Maka badai pun menghadang setiap langkah Jokowi. Salah satunya adalah titipan Setya Novanto bernama Aziz Syamsuddin. Salam bahagia ala saya.
0 Response to "Jokowi Melawan Badai, Setya Novanto Titip Bara Api Aziz Syamsuddin"
Posting Komentar