seword.com- Selamat malam Batfans! Ah, saya ini kasian sama Pak Jokowi, kok ya semua ini salah beliau sih? Padahal sudah banyak yang dilakukan oleh Pak Jokowi tapi ada aja salahnya. Ada aja kesalahan yang dituduhkan ke Pak Jokowi ini. Bebek yang menetasi, ayam yang mengerami, yang salah siapa yang dituduh tetap Jokowi.
Jokowi anti Islam terus digaungkan oleh lawan-lawannya. Ini isu sejak jaman kampanye 2014 lalu. Isu ini didasari oleh fitnah-fitnah keji seperti Jokowi keturunan PKI, PDIP sarang PKI, kriminalisasi ulama. Pokoknya apapun yang bisa dibuat seolah-olah Jokowi anti Islam akan mereka olah sedemikian rupa.
Isu yang lagi ramai belakangan ini adalah soal penolakan seorang ustad masuk ke Hongkong. Mereka beramai-ramai menyalahkan pemerintah, ujungnya apalagi kalau bukan Jokowi yang salah. Dan selebritis kubu lawan Jokowi ikut pula meng-endorse agar pemerintah semakin nampak salah. Fadli Dzon misalnya yang mengatakan bahwa penolakan ustad tersebut adalah pelecehan terhadap ulama dan WNI. Padahal berapa banyak TKW kita disana yang dilecehkan? Adakah mereka bersuara?
Pemerintah dituduh macam-macam akibat ustad yang tidak boleh dihina ini dilarang masuk Hongkong. Padahal jelas-jelas Hongkong punya hak untuk menolak siapapun yang masuk kesana. Sama seperti kita, Indonesia pernah melarang pesawat PM Israel masuk wilayah udara Indonesia.
LGBT juga, ramai-ramai menuduh pemerintah mendukung LGBT. Padahal Mahfud MD menjelaskan bahwa MK hanya menolak memberi perluasan tafsir atas yangg ada di KUHP, bukan membolehkan atau melarang. MK memang tak boleh membuat norma. Larangan zina dan LGBT bisa dilarang di dalam UU. Dan itu sekarang sudah ada di RUU KUHP.
Lagi-lagi yang salah siapa yang dituduh tetap Jokowi, polanya pun mirip. Sampai-sampai pendukung Jokowi pun dituduh mendukung LGBT padahal siapa yang dukung. Saya pun tidak mendukug LGBT, saya gak pernah ikut parade gay dan tidak akan pernah. Jokowi pun tidak ikut parade gay, anak-anaknya juga gak ada yang ikutan parade gay. Siapa yang ikutan? Gak tau siapa, coba tanya dimensi sebelah.
Padahal Jokowi itu Islami banget. Hidup sederhana mengikuti tuntunan Rasulullah. Dekat dengan para ulama NU dan ulama kelompok lainnya. Seharusnya kalau Jokowi anti Islam dia justru tidak dekat dengan ulama NU, ormas Islam terbesar di negeri ini. Jokowi juga rajin sholat dan selalu menyempatkan untuk sholat meski sedang blusukan nasional.
Cara mereka membuat isu memang sangat terorganisir. Saya melihatnya ini seperti komunikasi pemasaran terintegritas dimana perusahaan menggunakan berbagai media untuk memasarkan produknya. Hasinya memang terbukti teknik ini bisa membangun citra produk yang kuat dalam benak pelanggan.
Sama seperti isu-isu yang dilemparkan kepada Jokowi. Dimulai dari bawah melalui grup-grup wa, media sosial, hingga dilapangan. Semua media komunikasi yang bisa digunakan,mereka gunakan. Buzzer digunakan untuk memviralkan isu tersebut setelah ramai dibahas dimana-mana kemudian di endorse oleh orang-orang yang dianggap ahli atau tokoh-tokoh atau pengamat.
Terkadang ada direct selling seperti acara debat di sebuah stasiun televisi yang selalu berat sebelah itu. Hoax-hoax yang disebarkan oleh akun-akun palsu menegaskan pesan yang disampaikan, seperti hoax yang membawa-bawa Brunei Darussalam.
Lihat saja semua pesan yang sampaikan sama, konsisten, yaitu pemerintah anti Islam. Isu PKI bangkit, isu masalah hukum yang menurut mereka tidak adil, semua muaranya ke satu pesan itu. Ini mirip sekali dengan teknik integrated marketing communication. Efeknya seseorang akan menerima informasi yang sama dari berbagai sumber sehingga merasa informasi tersebut benar adanya.
Mungkin kita akan berdalih, "Ah gak bakalan ada yang percaya". Harus diingat dalam komunikasi pemasaran kita harus melihat siapa target segmennya. Kita, pembaca Seword yang kritis, bukan target segmen mereka. Mereka tidak peduli apakah kita akan percaya berita tersebut atau tidak. Target mereka adalah orang-orang yang tidak mampu menyaring informasi, tidak memiliki akses informasi, dan yang sakit hati karena kalah di Pilpres 2014.
Efektifitas teknik ini mulai terlihat, sebuah lembaga survei mengatakan bahwa elektabilitas Jokowi tersendat akibat isu sara. Cara untuk mengalahkan mereka sebenarnya sudah ada digenggaman Jokowi. Satu-satunya rantai yang lemah dari strategi mereka adalah penghasil dan penyebar isu serta hoax tadi.
Saracen bukan satu-satunya, masih ada banyak Saracen-saracen lainnya. Dan seperti pengungkapan Saracen sebelumnya, mereka yang diduga terlibat buru-buru cuci tangan. Ini kelemahan yang menurut saya bisa diserang. Tapi saya yakin Pak Jokowi sudah mengetahui semua ini dan sudah menggenggam nama-namanya.
Sampai saat ini elektabilitas Jokowi masih teratas, namun pemilih yang belum menentukan pilihan juga cukup banyak. Pemilih galau tersebut lah yang menjadi target segmen mereka. Mirip Pilkada DKI, menggunakan isu-isu SARA mereka berhasil menarik sebagian besar pemilih galau tersebut dengan teknik komunikasi yang hampir mirip.
Jadi Jokowi belum aman, mereka perlahan-lahan mulai mencoba menggerus citra Pak Jokowi. Sejauh ini Pak Jokowi belum banyak bereaksi, cara dia masih dengan kerja, kerja dan kerja. Mungkin menurutnya pertempuran belum dimulai, atau urusan negara ini lebih penting daripada soal pemilihan dirinya.
Tapi saya cukup yakin, Pak Jokowi dengan sumberdaya yang ia miliki telah memikirkannya. Ia selalu berpikir jauh kedepan, seperti pecatur profesional yang berpikir beberapa langkah kedepan. Ia nampaknya sedang menunggu momen yang tepat untuk memakan bidak catur lawan, satu persatu.
0 Response to "Apapun Masalahnya, Siapapun yang Salah, Tetap Semua Ini Salah Jokowi"
Posting Komentar