Dicampakkan Otto dan Fredrich, Setnov Sendiri, Undur Diri dari Politik Negeri






seword.com-  "Ada kemungkinan yang mau dibela bertentangan dengan visinya sebagai lawyer. Jadi ada hal yang tidak sepakat dengan dia, ada hal yang ideal menurut pengacara yang tak bisa diganggu gugat, itu bisa pecah… Jadi umpamanya ada 8 orang di dalam tim itu, kemudian mereka menyamakan persepsi tapi ada yang berbeda pendapat dan enggak ketemu. Ini dikhawatirkan akan merugikan pembelaan kalau tidak kompak… " ujar pengamat hukum Pidana dari Universitas Trisakti, Abdul Fickar Hajar, Jumat (8/12). SUMBER

"Saya dan Otto kalau ke kanan, Maqdir ke kiri, daripada repot bentur di kemudian hari ya sudah saya mengalah mundur," kata mantan kuasa hukum Setya Novanto, Friedrich Yunadi lewat pesan singkat kepada Kompas.com, Jumat (8/12/2017). SUMBER

“Saya sudah bertemu dengan Setya Novanto jam 3 sore di rutan. Saya sudah sampaikan hal ini kepada dia langsung karena harus jujur kepada dia. Dan saya sampaikan karena memang belum ada cara penanganan perkara belum ada yang pasti, tidak ada kesepakatan, maka saya menyatakan tidak akan meneruskan untuk menjadi kuasa hukum… Maka saya tidak menjadi kuasa hukum Setya Novanto lagi, dengan resmi saya mengundurkan diri sebagai kuasa hukum beliau. Saya mengucapkan terima kasih atas kepercayaan yang pernah diberikan oleh Setya Novanto kepada saya, dan selamat dia berjuang dengan kuasa hukumnya” – Otto Hasibuan

Sudah tertabrak tiang, ditinggal pergi dua kuasa hukumnya lagi. Begitulah kira-kira ketika ada tim kuasa hukum yang memang pada hakekatnya tidak kompak. Semakin banyak orang untuk mengurus pembelaan terhadap seorang tersangka, semakin ribet pula cara penanganannya.

Jika delapan orang kuasa hukum saja bisa pecah, bagaimana dengan tim TGUPP Anies yang berjumlah nyaris 80 orang? Wah, mereka tentu sangat kompak dalam… Asudahlah… Simak analisis saya di bawah ini. Selengkapnya…

Jadi begini, tim kuasa hukum Setya Novanto, awalnya adalah Fredrich Yunadi, seorang pengacara nyentrik dan kaya raya, yang sempat diincar oleh pengawas pajak karena statemen yang dilontarkannya sendiri. Di bawah naungan Fredrich Yunadi, Setya Novanto berhasil memenangkan pra peradilan, ketika hakim Cepi menggagalkan status tersangka dari seorang yang berkali-kali berhasil lepas dari jeratan.

Namun setelah Fredrich Yunadi lepas dari kuasa hukum Setya Novanto, bagaimana kabar dari seorang Setya? Apakah kesaktiannya berkurang? Ataukah kesaktiannya memang secara hakiki ada di dalam diri Setya Novanto, sehingga siapapun kuasa hukumnya, tidak pernah memengaruhi transendensi dari seorang Setya? Hmm.. Kita lihat saja nanti..

Tetapi menjadi hal yang sangat esensial dan menjadi pertanyaan kita semua, mengapa Otto Hasibuan dan Fredrich Yunadi mencampakkan Setya Novanto begitu saja, di tengah-tengah keterpurukannya di rutan KPK? Saya punya analisis singkat, yang tidak jauh-jauh dari mata hijau.


Melihat dari kronologis bagaimana KPK membekukan aset milik Setya Novanto, sampai kepada keluarga-keluarganya, tentu merupakan pengubahan iklim ekonomi secara global menimpa dunia Setya Novanto. Keuangannya sudah mulai seret, dan tidak menghasilkan apa-apa.

Di zaman dulu, pernah ada sebuah kisah yang mencatat bahwa di daerah Israel, sekitar 2000-3000 tahun yang lalu pernah tidak hujan selama 3 tahun dan 6 bulan. Ini adalah keadaan yang paling menyakitkan bagi warga sekitar. Hal ini mungkin merupakan permulaan kekeringan di dalam keluarga Novanto.

Buat apa punya uang banyak, jika ternyata seluruh asetnya dibekukan oleh KPK? Masa kekeringan ini dialami oleh Novanto, yang bisa dianalogikan sebagai raja atas DPR, dan juga raja atas segala dugaan korupsi e-KTP. Mulai mengalami kekeringan. Kekeringan yang ada, membuat para pengacaranya mulai hilang kesetiaan. Selain ia mulai ditinggalkan karena mulai tidak ada uang lancar, ada alasan lainnya.

Apa alasan itu? Jelas seperti yang dikatakan pengamat politik dan hukum universitas swasta, ada sedikit banyak kode etik yang agaknya tidak cocok satu sama lain antara pengacaraatau tim kuasa hukum.

Mungkin karena terlalu banyaknya pandangan yang ada, membuat para anggota dalam tim terpecah. Jadi sederhana sekali, jika ingin kuat, contohlah Ahok, ia tidak butuh tim banyak-banyak untuk mengurus banjir. Modalnya hanya satu, menjalankan sumpah setia kepada rakyat DKI Jakarta.

Ngomong-ngomong, siapakah pengganti Setnov di Kursi DPR dan ketum Golkar? Ah, ini saya lupa bahasnya, biarkan saja kita menunggu waktu untuk jawabannya. Tunggu rumput-rumput di padang bergoyang. Nyahaha.

0 Response to " Dicampakkan Otto dan Fredrich, Setnov Sendiri, Undur Diri dari Politik Negeri"

Posting Komentar