3 Alasan Alumni 212 Mendukung Jokowi Dua Periode






seword.com- Acara reuni alumni 212 di Monas beberapa waktu lalu sekilas tidak menyisakan apa-apa. Acara tersebut hanya berlangsung begitu saja tanpa ada tujuan yang jelas. Berbeda dengan aksi demo setahun sebelumnya, yang memiliki tujuan atau tuntutan agar Ahok dipenjara.

Bagi kacamata orang awam, aksi sedemikian besar tersebut justru semakin menarik karena tidak ada tujuan utamanya. Karena jangankan yang hanya ketemu sehari, yang sudah kuliah dan sekolah bertahun-tahun lamanya, terpisah selama beberapa tahun pun belum tentu bisa mengadakan reuni sesukses itu. Sehingga wajar jika banyak orang menyimpulkan bahwa acara reuni tersebut adalah acara bagi-bagi BLT untuk yang membutuhkannya.

Di saat sebagian kita kecewa dengan aksi yang tidak berfaedah, geram dengan aksi-aksi ormas terlarang, rupanya ada satu hal yang luput dari perhatian banyak orang.

Saat sedang berlangsung reuni 212 ataupun setelahnya, banyak komentar yang menyebutkan bahwa Jokowi adalah alumni 212. Dan mereka sepakat untuk kecewa karena Jokowi tidak hadir dalam acara reuni tersebut.

Banyak dari kita tidak sadar bahwa sebenarnya Jokowi adalah bagian dari alumni 212 tersebut. Sebab tahun lalu Jokowi dan JK memang hadir ke atas panggung. Sehingga para pendukung Jokowi seharusnya tidak lagi membully atau meledek alumni 212, sebab di dalamnya ada Jokowi. Dan kemungkinan besar pada 2019 nanti para alumni 212 ini lah yang akan menjadi garda terdepan sebagai pendukung loyal Jokowi.

Setidaknya ada 3 alasan mengapa alumni 212 pasti mendukung Jokowi dua periode:

Pertama, Jokowi adalah satu-satunya kandidat kuat Capres yang statusnya sah sebagai alumni 212. Gatot juga alumni, tapi kans nya untuk maju sebagai Capres sangat kecil mengingat dirinya bukan ketum partai.

Sementara rivalnya Prabowo sama sekali bukan alumni 212. Sehingga kalau pilihannya adalah Prabowo atau Jokowi? jelas sudah alumni 212 akan dukung Jokowi. Sebab apa? sebab Jokowi adalah alumni.


Kedua, Jokowi adalah sosok muslim taat. Di tengah kesibukannya memimpi negeri ini, aktifitas ibadahnya sama sekali tidak terganggu. Dia bisa buka puasa di pinggir jalan, shalat di tempat peristirahatan, mengundang ulama untuk datang ke Istana sampai acara rutin maulid nabi bersama anak yatim.

Semuanya adalah sederet fakta tak terbantahkan yang sekaligus membantah fitnah-fitnah bahwa Jokowi non muslim dan sebagainya. Jika dibanding Prabowo, jelas Jokowi lebih unggul soal kegiatan-kegiatan islami maupun ibadah wajib lainnya.

Ketiga, Jokowi sebagai Presiden adalah sosok yang mau menerima alumni 212. Dia juga merupakan sosok yang tidak menggunakan kekuatannya untuk menghalang-halangi tuntutan para demonstran. Sehingga sudah sewajarnya kalau alumni 212 melihat Jokowi sebagai sosok yang pantas didukung. Sebab kalau orang lain yang jadi Presiden, belum tentu mereka bisa menyelenggarakan aksi-aksi atau reuni lagi di tahun-tahun yang akan datang.

Bahwa dalam acara reuni kemarin dihadiri oleh Fahri dan Fadli, itu hanyalah fatamorgana. Sebab pimpinan mereka tidak pernah menjadi alumni dan tidak berani tampil bersama para alumni. Sehingga menyogok dengan segepok buku pun tidak akan ada pengaruhnya.

Bagaimanapun analisis ini mungkin akan dianggap sebagai analisis yang tidak jelas, sama seperti yang saya pikirkan saat awal menuliskannya. Namun jika berkaca pada sosok Jokowi yang selalu tenang, merangkul lawan dan kawan, maka skenario 212 untuk dukung Jokowi dua periode adalah sebuah jalan paling logis yang bisa kita lihat ke depannya.

Jika sampai di sini masih terlihat bleum masuk akal, coba lah kita menyadari sebuah kenyataan bahwa Ma’ruf Amien yang kini selalu bersama Presiden. Padahal sebelumnya Ma’ruf Amien adalah bagian dari pergerakan ataupun pemicu gelombang aksi lewat fatwanya. Jokowi bukannya menjauh karena hal tersebut menjadikan kondisi Indonesia terlihat kusut, malah mendekatinya dan mengajak kyai Ma’ruf Amien untuk menebar ajaran-ajaran Islam yang rahmatan li’alamieen.

Pada akhirnya kita harus benar-benar sepakat bahwa dalam politik itu tidak ada yang namanya musuh abadi. Selama masih bisa berdiskusi, masih ada kemungkinan untuk saling menyepakati tentang banyak hal. Sehingga jika terjadi reuni lagi tahun depan, kita bisa melihatnya sebagai aksi dukungan terhadap Presiden Jokowi untuk memimpin Indonesia selama 10 tahun.

Bahwa di dalamnya ada Felix, HTI dan ormas-ormas radikal lainnya, itu semua hanyalah micin penyedap rasa. Dan itu bisa kita hilangkan saat sudah menemukan garam dan bumbu penyedap pengganti lainnya. Begitulah kura-kura.

0 Response to " 3 Alasan Alumni 212 Mendukung Jokowi Dua Periode"

Posting Komentar