Kita semua yang sekolah pasti pernah mengalami ujian di sekolah. Tujuan ujian tersebut adalah untuk menentukan apakah kita layak untuk naik kelas yang lebih tinggi atau tidak. Jika kita tidak dapat memahami apa yang pernah kita pelajari, tentu kita akan mendapatkan nilai yang kecil serta menjadikan kita tidak dapat naik kelas.
Contoh di atas merupakan ujian yang berkaitan dengan pendidikan. Bagaimana dengan ujian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan spiritual atau agama? Kita pasti semua setuju, setiap orang yang menganggap diri beriman maka untuk menaikan tingkat keimanannya akan ada ujian-ujian yang harus dilalui, baik itu yang disadari maupun tidak disadari.
Sebelum kita membahas tentang ujian dalam nilai-nilai spiritual, kita pasti sepakat bahwa setiap pemeluk kepercayaan atau agama meyakini bahwa pilihannya terhadap agama yang dianutnya adalah merupakan yang paling benar. Setelah kita sepakat dengan kenyataan tersebut, selanjutnya marilah kita membahas mengenai ujian dalam hal spiritual yang berkaitan dengan iman tersebut.
Sebagai orang yang beriman kepada Tuhan, pasti kita meyakini, bahwa apapun yang ada di dunia ini adalah ciptaan dan atas kehendak Tuhan. Begitu juga dengan perbedaan yang ada di dunia ini, sudah pasti disetujui dan atas kehendak Tuhan. Jadi keragaman suku dan agama, mau tidak mau harus diakui merupakan anugerah yang telah disetujui oleh Tuhan ada di dunia ini.
Lantas apa hubungannya dengan ujian? Jika anda menganggap iman dan keyakinan anda yang paling benar, maka perbedaan yang ada merupakan suatu ujian untuk menaikan derajat anda, apakah iman anda cukup kuat dalam memegang teguh apa yang anda yakini. Jika anda ketakutan akan perbedaan, kapan iman anda akan naik pangkat?
Oleh sebab itu, orang-orang yang bersikap intoleran sudah dapat dipastikan, bahwa imannya sangatlah cetek, tetapi menganggap diri paling beriman. Karena kita pasti tahu, yang namanya tong kosong itu nyaring bunyinya.
Sudah menjadi rahasia umum, bahwa kaum radikal seringkali menganggap diri paling beriman. Padahal pada kenyataannya, mereka sangat takut menghadapi ujian. Seperti yang heboh akhir-akhir ini, ada peraturan dari sebuah komplek perumahan yang mencerminkan tindakan intoleran. Peraturan yang tidak jadi diberlakukan lantaran viral tersebut yang pertama berisi, warga non-Muslim dilarang mengalihfungsikan rumah menjadi tempat ibadah. Kedua, kegiatan tersebut boleh dilakukan dengan catatan tidak mengundang tamu dari luar perumahan, kemudian tidak boleh menggunakan pengeras suara, dan tidak membawa pemuka agama.
Ketiga, dalam hal duka, keluarga diimbau untuk menguburkan jenazah dalam waktu 1x24 jam. Terakhir, seluruh warga Perumahan Bumi Anugerah Sejahtera diwajibkan melaporkan seluruh kegiatan kepada pengurus RT atau RW minimal 3 hari sebelum dilaksanakan.
Aturan yang tidak mengikut sertakan warga dalam mengambil keputusan tersebut juga ditentang oleh warga yang beragama muslim dalam kompleks tersebut. Dari situ sudah jelas, yang intoleran itu sedikit tetapi menempati tempat-tempat yang strategis.
Selain itu, kaum yang imannya gampang goyah , juga takut akan patung. Patung setinggi lebih dari 30 meter yang berada di kompleks klenteng di Tuban diprotes keberadaannya. Patung yang berdiri menghadap ke laut tersebut diresmikan pada 17 Juli 2017 lalu oleh Ketua MPR RI Zulkifli Hasan. Patung tersebut dinobatkan sebagai patung dewa terbesar se-Asia Tenggara. Dan masih banyak patung-patung lain yang dianggap mengganggu iman lalu dirobohkan oleh oknum-oknum tertentu, meskipun sedikit tetapi berada ditempat-tempat yang strategis seperti ormas dan LSM. Jadi meskipun warga sekitar tidak pernah mempermasalahkan kehadiran patung tersebut, tetap saja patungnya dirobohkan.
Selain patung dewa dan karya seni lainnya yang tidak luput dari penghancuran adalah patung penari balet di Surabaya. Patung tersebut dianggap membawa unsur pornografi. Meskipun pada kenyataannya, patung tersebut sebuah karya seni yang sudah lama ada. Namun iklim politik yang mematik sentimen SARA membuat kaum radikal semakin berani memaksakan kehendak dengan melakukan provokasi.
Meskipun banyak warga yang menyayangkan sikap kelompok-kelompok yang memprotes keberadaan patung penari balet tersebut, tetapi tetap saja patung tersebut akhirnya diturunkan setelah sekian lama menghiasi jalan pintu masuk disebuah kompleks perumahan. Untuk lihat komen-komen yang keras dan tidak menyetujui jika patung tersebut diturunkan ada di : https://www.facebook.com/KabarKotaSurabaya/photos/a.915687461839534.1073741828.915473708527576/1718436631564609/?type=3&theater
Jika alasan patung tersebut ditolak karena dapat menimbulkan nafsu, itu sungguh memalukan. Masa iya sama patung saja sudah gak kuat nahan nafsu.
0 Response to "Anda Intoleran, Anda Takut Pada Patung, Otak Anda Mesum? Wujud dari Lemahnya Iman?"
Posting Komentar