Abdul Shomad, Ustadz NU yang Nyeleneh






seword.com- Nama Abdul Shomad semakin populer. Media sosial seperti Facebook dan Youtube sangat efektif meroketkan namanya. Beliau sangat pandai memanfaatkan media sosial. Meskipun belum terlihat tampil di TV, kepopulerannya tidak kalah dengan ustadz TV. Namanya dikenal di seantero Indonesia. Kualitasnya memang lebih baik dari ustadz-ustadz seleb yang hanya bermodal wajah dan pintar berceramah namun isinya kosong.

Kualitas keilmuan Abdul Shomad memang tidak diragukan. Pendidikan s1 dan s2nya ditempuh di luar negeri yaitu di Al-Azhar Mesir dan Maroko. Beliau juga pernah terdaftar sebagai anggota MUI Riau serta sekretaris LBM NU.

Abdul Shomad memang orang NU. Amaliyahnya juga tidak berbeda dengan NU. Beberapa kali Abdul Shomad membantah argumen salafi-wahabi yang menuduh amaliyah orang NU adalah bid’ah, sesat, kufur, syirik, dan khurafat. Kekampuannya dalam berceramah yang diselingi dengan humor menjadi daya tarik tersendiri dan menjadikan ceramahnya disukai masyarakat.

Meskipun Abdul Shomad orang NU, saya melihat ada beberapa kenyelenahan-kenyelenehan pada diri Abdul Shomad yang berbeda dengan tradisi-tradisi dan sikap ulama NU. Berikut hal-hal nyeleneh pada diri Abdul Shomad yang menurut saya berbeda dengan ustadz NU yang lain.

Pertama, Abdul Shomad tidak segan-segan menjelek-jelekkan ketua umum PBNU, KH. Said Aqil Shiradj. Beliau bahkan terang-terangan menganjurkan masyarakat hanya mengikuti tiga ulama NU saja yaitu KH. Idrus Ramli, KH. Luthfi Bashori, dan Buya Yahya. Bagi saya ini bukan karakter orang NU. Orang NU akan menghargai perbedaan pendapat satu sama lain.

Jika memiliki pandangan yang berbeda dengan ketua umum PBNU, orang NU tidak akan menjelek-jelekkan Bapak Said Aqil. Jika memang perlu, mereka mengundang Bapak Said dan melakukan tabayun seperti yang pernah dilakukan oleh forum Kyai Muda Jawa Timur. Saat itu, KH. Idrus Ramli dan KH. Syamsul Arifin memiliki pandangan yang berbeda dengan KH. Said Aqil Shirodj. Mereka melakukan dialog dan tabayun dengan serius agar tidak ada salah paham. Menurut saya, hal itu menjadi ciri khas ulama NU. Bagaianapun juga, orang NU wajib menjaga marwah dan kehormatan Ketua Umum PBNU yang telah dipilih secara sah oleh seluruh ulama NU di Indonesia.

Abdul Shomad nampaknya perlu belajar lebih dalam lagi tentang tradisi-tradisi orang NU. Ketika ada pendapat yang berbeda dengan Ketu Umum PBNU, lakukan dialog dan tabayun, bukan malah menjelek-jelekkannya di depan umat. Saya rasa, sikap yang ditunjukkan oleh Abdul Shomad berbeda dengan ulama NU yang lain.

Kedua, orang NU pasti tidak akan sedikitpun ragu menolak khilafah. Orang NU benar-benar menjaga amanah Mbah Hasyim Asy’ari untuk menjaga keutuhan NKRI, Pancasila, UUD 45. Orang NU tidak sedikitpun ragu untuk membela NKRI, apalagu hanya sekedar mengakui dan mencium bendera merah putih. Percayalah, orang NU tidak akan ragu sedikitpun melakukan hal itu.


Berbeda dengan Abdul Shomad yang nampaknya ragu untuk mengakui NKRI dan menolak khilafah. Ketika ulama NU terang-terangan menolak khilafah, Abdul Shomad justru sepakat dengan khilafah. Saya rasa ini aneh dan sangat bertentangan dengan nilai-nilai yang dibawa NU. Bahkan, saat ceramah di Bali, Abdul Shomad sempat tidak mau mengakui NKRI dan mencium bendera Merah Putih. Padahal, orang NU tidak akan ragu sedikitpun melakukan hal itu. Beruntung akhirnya Abdul Shomad mau mengakui NKRI dan mencium bender merah putih sehingga kemudian diijinkan ceramah di bali bahkan dikawal oleh brimob.

Ketiga, Abdul Shomad adalah orang NU yang dipuja-puja oleh salafi-wahabi, FPI, HTI, dan ormas yang bertentangan dengan NU. Mereka memuja Abdul Shomad karena ketika ulama NU yang lain jelas-jelas menolak khilafah, Abdul Shomad justru mendukung. Abdul Shomad juga tidak segan-segan menjelek-jelekkan KH, Said Aqil Shirodj, sehingga kelompok di luar NU sangat senang karena Abdul Shomad bisa dijadikan alat untuk menjelek-jelekkan kehormatan NU.

Keempat, ketika ulama-ulama NU tidak terlalu senang dengan popularitas, Abdul Shomad nampaknya ingin sekali populer. Sikapnya yang nyeleneh dengan kebanyakan ulama NU membuat dirinya cepat populer. Saya khawatir Abdul Shomad memang sengaja bersikap seperti itu agar cepat terkenal. Meskipun KH. Syamsul Arifin, KH. Idrus Ramli, dan KH. Lutfi Bashori berbeda pendapat dengan KH. Said Aqil Shiradj, mereka tidak memanfaatkan hal tersebut untuk cepat membuat mereka terkenal.

Kelima, biasanya ustadz-ustadz yang ceramahnya ditolak di beberapa daerah adalah ustadz dari luar NU seperti Felix Siauw, Bachtiar Nasir, dan Tengku Zulkarnain. Namun hal tersebut tidak berlaku untuk Abdul Shomad. Saya rasa, Abdul Shomad adalah satu-satunya orang NU yang ceramahnya diwaspadai dan perlu diawasi betul. Hal ini unik karena biasanya orang Indonesia tidak ada yang mempermasalahkan ketika ulama NU yang mengisi ceramah. Umat non-muslim pun suka dengan ceramah ulama NU.

Saya tidak menafikan kualitas keilmuan Abdul Shomad. Saya akui Abdul Shomad jauh lebih baik dari ustadz-ustadz seleb yang sering tampil di TV. Namun saya berharap, Abdul Shomad perlu belajar bagaimana ulama-ulama NU, terutama yang sudah sepuh. Ilmu yang tinggi tidak ada artinya jika tidak didukung dengan sikap yang baik dan bijaksana.

0 Response to "Abdul Shomad, Ustadz NU yang Nyeleneh"

Posting Komentar