Indonesia Butuh Presiden Baru?? Bullshit Lah Itu! Jangan Percaya!





Sapu baru pasti mampu membersihkan dengan lebih baik?


seword.com-  "Jakarta perlu pemimpin baru!". Atau "DKI butuh Gubernur baru!". Apakah Anda merasa pernah begitu sering mendengar dan membaca dua kalimat tersebut? Merasa akrab betul dengan jargon semacam itu? Tentu saja Anda akan menjawab iya. Tidak ada yang salah dengan ingatan Anda.


Tepat sekali. Itu adalah kalimat yang digunakan oleh Anies-Sandi dan tim pendukungnya di Pilkada lalu. Sebuah frasa yang terdengar bagus dan masuk akal. Dan ini menjadi salah satu narasi andalan Anies-Sandi dalam membujuk warga Jakarta agar memilih mereka.


Dalam beberapa hal, saya setuju dengan pemikiran sebagian orang bahwa sesuatu yang baru itu cenderung lebih indah dari yang lama. Contoh, saya percaya bahwa wanita yang kelak bersedia mendampingi hidup saya (untuk selamanya) pasti lebih baik dibanding mantan saya. Loh?? Kok jadi ke situ larinya?? Hehehe


Bukan, maksud saya eee...saya sedang membangun narasi untuk memancurkan sebuah eee...deklarasi, bahwa saya ini adalah single man yang eee...sedang dalam effortasimenemukan kompilasi hati yang sesuai. Dalam hal ini, wanita ya. Seperti eee...bi narti. Eh, kok jadi mirip si anu ya?! Hahaha


Okey, kembali ke markas kura-kura! Bagaimanapun juga, hal baru itu relatif lebih indah. Lebih bagus. Tidak selalu, memang. Dan tidak untuk semua hal. Namun cenderung begitu, pokoknya lebih hebat lah. Ibarat pepatah, sapu yang baru pasti mampu membersihkan dengan lebih baik.


Tapi ya sekali lagi, tidak selalu berlaku untuk semua hal. Seperti yang saat ini menimpa Jakarta. Di bawah kepemimpinan pasangan Gub-Wagub baru, Ibu Kota bukannya lebih maju dan hebat. Tapi malah sebaliknya. Semakin amburadul dan memprihatinkan. Celaka 212, bukan cuma 12!


Keamburadulan itu muncul paska "keberhasilan" narasi -lebih tepatnya propaganda- "Jakarta butuh Pemimpin/Gubernur baru!". Yang kemudian dipermanis dengan slogan "maju kotanya, bahagia warganya".


Masihkah kita percaya dengan omong kosong itu?


Siapa yang tak tahu seperti apa kondisi DKI Jakarta di era Jokowi-Ahok-Djarot? 5 tahun itu benar-benar berbicara kepada kita semua bahwa harapan itu masih ada. Perlahan namun pasti, DKI Jakarta tertata dan berproses menjadi daerah yang representatif.


Banjir diminimalisir, mafia diberangus, administrasi ditertibkan, pelayanan umum dimaksimalkan, uang rakyat dijaga mati-matian. Dan masih banyak lagi hal lain yang berangsur mengalami growth to better. Semua orang melihat hal tersebut. Tak terkecuali kelompok oposisi.


Sesungguhnya mereka benar-benar mengetahui, melihat dengan mata kepala sendiri. Bahkan merasakan manfaat atas perubahan di Jakarta di era Gubernur lama. Kalaupun mereka berteriak sebaliknya, itu hanya karena hati dan pikiran mereka yang dikendalikan oleh nafsu. Nafsu serakah dan haus akan kekuasaan.


Pada gilirannya, nafsu keserakahan tersebut menuntun mereka menuju jalan hitam. Menghalalkan segala cara demi memuaskan syahwat berkuasa yang terlalu menggebu. Akibatnya, kampanye berbau SARA pun menjadi salah satu pilihan. Hebatnya, hal ini mereka kaburkan dengan propaganda bahwa Jakarta butuh pemimpin/Gubernur baru. Menjijikkan!


Yang harus kita sadari, mereka masih akan memakai cara yang sama untuk melawan Jokowi di 2019 nanti. Mereka akan tetap menggaungkan propaganda bahwa Indonesia butuh pemimpin baru. Lebih spesifiknya, Presiden baru.





Entah siapa nanti Capresnya, asalkan pengusungnya adalah koalisi atau yang didukung oleh salah satu dari Gerindra, PKS, PAN, eksHTI, alumni demo bersilit dan kaum radikal lainnya, narasi besarnya tetap sama. Indonesia butuh pemimpin baru.


Jika mau belajar dari "tragedi" di DKI, kita semua wajib mewaspadai hal ini. Bagaimanapun juga, apa pun dalihnya, yang jelas hari ini DKI mengalami kemunduran. Dan kemunduran itu adalah akibat dari rayuan tentang pemimpin baru. Celakanya, 58% warga Jakarta termakan rayuan tersebut.


DKI saat ini sebenarnya masih sangat membutuhkan Ahok-Djarot. Ini terbukti dari keruwetan dan keloetjoean yang ada di Jakarta semenjak dikendalikan oleh pemimpin baru. Jadi yang dibutuhkan DKI adalah pemimpin seperti Ahok-Djarot atau semacamnya lah. Bukan pemimpin baru!


Jokowi-Ahok-Darot adalah sosok dengan kinerja sejenis. Sama-sama memiliki kualitas dalam memimpin dan mengelola. Yang membedakan hanyalah gaya komunikasi. Masing-masing memiliki ciri khas tersendiri. Soal performa, sama persis!


Sampai di sini, pertanyaan pentingnya adalah, perlukah Indonesia dipimpin oleh Presiden baru? Jawabannya adalah TIDAK! Tidak sama sekali. Minimal untuk 7 tahun ke depan. Mengapa, tidak? Sederhana saja, lihat tuh DKI!


Kelompok yang pernah berteriak lantang, Jakarta butuh pemimpin baru, ternyata tak memberikan solusi apa pun untuk Jakarta. Kecuali hanya Gub-Wagub baru yang...yaah begitulah. Mungkin ada yang bertanya, apakah tidak terlalu dini menilai kualitas serta kemampuan Anies-Sandi?


Bisa iya bisa tidak. Iya nya, memang mereka memang belum genap 2 bulan memimpin Jakarta. Kurang fair menilai mereka dalam kurun waktu sesingkat ini. Bagaimanapun mereka butuh waktu.


Namun juga ada alasan untuk kita katakan tidak. Tidak terlalu cepat menilai. Karena gelagat awal cenderung menentukan langkah-langkah berikutnya. Belum genap 2 bulan memimpin aja udah amburadul. Bisa ditebak lah bagaimana selanjutnya.


Saya sudah pernah membahasnya di sini. Dan saya rasa kita sudah melihat bagaimana membengkaknya APBD DKI tahun 2018, rencana penghapusan LPJ dana RT/RW (sepertinya akan ditolak Kemendagri), dan lain-lain yang terbukti menambah semakin panjangnya daftar kesan pertama Anies-Sandi di tulisan saya tersebut.


Sekali lagi, lihat tuh DKI! Sesungguhnya DKI belum butuh pemimpin baru. Namun apa hendak dikata, DKI terlanjur kehilangan Ahok-Djarot. Jangan sampai itu terulang untuk Indonesia.


Indonesia saat ini sedang "dipegang" oleh Presiden yang tepat. Indonesia masih sangat butuh Jokowi, bukan pemimpin baru. Jangan mau dibohongi! Jangan percaya dengan mereka yang berusaha meracuni pikiran kita dengan propaganda "Indonesia butuh pemimpin/Presiden" baru!. Percayalah, itu cuma omong kosong belaka.


Itu hanya propaganda bullshit yang dilancarkan oleh kelompok radikal, preman jalanan, dan mafia birokrasi yang sedang berusaha melahirkan pemimpin baru. Pemimpin baru yang bisa dikendalikan dan diajak mengkoyak-koyak martabat bangsa disertai perampokan kolektif terhadap aset negara dan uang rakyat Indonesia.


Dan Indonesia tak butuh pemimpin seperti itu. Indonesia masih sangat butuh Jokowi.

0 Response to "Indonesia Butuh Presiden Baru?? Bullshit Lah Itu! Jangan Percaya!"

Posting Komentar