WASPADAI TAHUN POLITIK BISA MENJADI TAHUN HOAX






seword.com- CEO Apple, Tim Cook, mengungkapkan pendapatnya mengenai kontroversi keterlibatan Rusia terhadap iklan hoaks dalam perhelatan Pemilihan Presiden AS 2016 silam. Menurut dia, masalah sebenarnya bukanlah pada iklan asing tersebut. Tapi ia menyoroti soal kerentanan media sosial. Media sosial rentan dijadikan sebagai alat untuk memanipulasi, memecah belah masyarakat dengan menyebarkan kebohongan.

“Menyebarkan berita palsu kepada masyarakat dengan jumlah besar bisa mengubah cara mereka berpikir. Ini yang menurut saya menjadi masalah nomor 1 dari 10 isu (lainnya),” lanjutnya.

Ironi dari perkembangan teknologi komunikasi, jika masyarakat penggunanya tidak memiliki daya tangkal yang cukup, maka kerugian bukan saja ditanggung dari sisi materi, waktu dan sosial. Lebih jauh dari itu, secara moral kita menyaksikan degradasi integritas para pemimpin, termasuk di negara adidaya seperti Amerika, menjadi demikian lemahnya.

Menjual hal-hal yang bernilai luhur, yakni kejujuran, kesetiaan kepada negara serta sifat luhur kemanusiaan menjadi luluh karena ketamakan nafsu untuk meraih kekuasaan. Hal ini menjadi bahan renungan bagi kita yang sedang menghadapi tahun-tahun politik ke depan.

Jika mereka para calon pemimpin, menghalalkan hal-hal yang haram guna meraih keuntungan dari situasi masyarakat, serta memanfaatkan kelemahan teknologi dalam mengangkangi cara pandang penerima informasi, maka yang harus diperkuat adalah masyarakat sendiri sebagai objek. Betapa menderitanya kita, ketika sadar telah menjadi korban penipuan massal dari seorang pemimpin yang berhasil tampil, karena kelicikannya mengakali pemilih.

Sikap waspada kita haruslah terus digaungkan, jangan hanya sikap ini dijaga secara terbatas. Pemilih mayoritas perlu menyadari bahwa bahaya berita bohong yang mengancam kedaulatan kita sedang mengintai setiap saat.

Ironi yang akan terjadi di pesta demokrasi nanti, pemimpin yang telah teruji sebagai pemangku amanat, dan tetap memegang teguh sikap amanatnya meskipun rongrongan dan godaan silih berganti diterimanya, sangatlah disayangkan jika rakyat melepaskannya begitu saja.

Tetapi kenyataan kerap jauh dari harapan, dan pengalaman menunjukkan, hanya atas nama alasan emosional, yang malah menjebak serta menjerumuskan, rakyat lupa dengan norma-norma akal sehatnya. Persepsi sesat yang dibangun dari rasa emosional, dimana rasa itu dipicu dari berita bohong, akan menjadi virus yang akan terus menghantui dunia demokrasi kita. Dan kita tidak bisa memungkiri bahwa teknologi komunikasi telah menjadi alat untuk memudahkan cara kotor itu dijalankan.

Kekhawatiran terbesar kita dalam memegang prinsip dasar humanisme, dimana jika kita sebenarnya sangat mengenal satu figur yang di dalam dirinya melekat sikap-sikap amanah, fatonah dan siddiq, tetapi karena faktor di luar nalar, rakyat yang seharusnya berpihak kepada hal positif, justru bisa bertindak sebaliknya.

Pertanyaan yang sangat sederhana bisa kita ajukan kemudian, adakah korelasi antara sikap kita tentang keluhuran nilai manusia, dengan keberpihakan kepada figur tertentu ? Semestinya acuan tentang keluhuran manusiawi hanya memiliki standar tunggal, tanpa embel-embel di luar itu, tetapi kenapa sering kita mengajukan syarat lain yang sebenarnya lebih bertumpu kepada sifat ajali kita, yang mengedepankan emosional semata ?

Jelang tahun-tahun politik, yang dipastikan akan penuh dengan isu-isu liar serta intrik untuk mendukung calon pimpinan yang dijagokan masing-masing. Tetaplah kita memiliki acuan yang jelas dan berpihak kepada sikap luhur tadi. Jika tidak maka resiko waktu dan materi menjadi tanggungan bersama selama lima tahun ke depan.

Terlepas dari riuhnya tawaran-tawaran menarik dari para kandidat dan para relawannya, masyarakat sejak awal harus membekali diri dengan rekam jejak setiap calon yang akan dijagokan. Para calon pasti akan mengedepankan janji-jani serba manis dan serba harum. Tetapi benarkah mereka akan menunaikan semua janji itu ? Bukankah selama ini kerap kita disuguhkan janji tanpa ditepati ? Lalu apa nilai positif dari janji manis itu, jika hanya sebatas di mulut dan di tulisan semata ?

Tuntutan untuk menjadi pemilih cerdas, sudah sering kita kumandangkan, jatuhkan pilihan kepada calon yang memiliki rekam jejak baik, bukan kepada mereka yang pandai mengerahkan massa pendukung, atau mereka yang pandai bermanis-manis di depan publik, tetapi prestasi dan riwayatnya hampir tidak nampak selama pengabdiannya.

0 Response to "WASPADAI TAHUN POLITIK BISA MENJADI TAHUN HOAX"

Posting Komentar