AHOK DIBUI 2 TAHUN, JAKARTA DIBUI 5 TAHUN OLEH BADUT, ENAK MANA?






seword.com-  Ahok dipenjara selama 2 tahun karena dianggap terbukti mencemarkan dan menista agama Islam. Niat sang mantan gubernur DKI Jakarta yang ingin warga tidak ditipu oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab melakukan tindakan politisasi ayat, disambut negatif oleh sebagian kecil orang. Salah satunya adalah Buni Yani, terdakwa 1,5 tahun penjara karena terbukti mengedit dan mengunggah video pemprov DKI Jakarta.

Vonis 2 tahun oleh majelis hakim yang (katanya) terhormat, rasanya sudah final dan tidak bisa diubah lagi. Ini adalah fakta yang harus diterima. Ahok yang menjalankan seperempat masa tahanannya di Mako Brimob, nampak santai. Ia didukung oleh banyak orang. Simpatisannya masih begitu segar mendatangi Mako Brimob, tempat dirinya ditahan karena niat baiknya yang disalahartikan oleh sebagian kecil pemesan politik. Saracen menjadi salah satu penyebar pemberitaan yang mengatakan Ahok menista agama Islam. Bayangkan, seberapa rendahnya konsep agama mereka, sehingga bisa membuat Tuhan bisa dilawan oleh seorang Ahok, yang dianggap memiliki gelar triple minority.

Triple minority yang dimaksud adalah ia memiliki wajah oriental, agama Kristen, dan bukan warga Jakarta pula! Jika saya ingin tambahkan, ia memiliki satu lagi minoritas, yakni minoritas karena teologi yang memengaruhinya adalah teologi Reformed yang juga di kalangan Kristen kurang ramai diminati. Teologi Reformed dianggap teologi yang dingin, padahal jika kita lihat Ahok, ia sangat berapi-api bahkan dalam menjalankan kebenaran di kota ini. Sudah-sudah, saya tidak akan lanjutkan hal ini, nanti ada kaum sana yang terpancynk. Mau bukti? Lihat saja nanti di kolom komentar. Hahaha.

Lantas, Ahok yang sudah dipenjara selama dua tahun ini, membuat warga Jakarta merana dan sengsara. Anies Baswedan dan Sandiaga Uno menjadi dua manusia yang memimpin Jakarta. Bagi warga Jakarta, khususnya 42 persen warga Jakarta, mereka adalah sepasang manusia yang tidak pernah bisa menandingi kinerja Basuki Tjahaja Purnama. Kedua sosok ini cenderung mempertontonkan lawakan-lawakan yang garing, tidak lucu, dan berpotensi memboroskan uang. Saya membayangkan ada dua badut yang melawak, namun dipasang tarif yang sangat mahal.

Bahkan untuk melanggengkan usaha badut-badut tersebut, mereka membuat tim yang berjumlah 80 orang, hanya untuk menjalankan pertunjukan murahan selama 5 tahun. Bahkan sampai saat ini, saya curiga hanya 42 persen warga Jakarta yang bersuara. Sisanya, 58 persen mendadak menjadi silent majority.

Mereka yang sudah dijanjikan surga dengan cara kampanye berbau ayat dan mayat yang dilakukan oleh para pendukung dan tim sukses Anies Sandi, sekarang diam. Rasanya ke-58 persen warga Jakarta yang dikenal dengan sebutan JKT-58 sudah tenang, karena sudah dijamin dapat surga ketika memilih pasangan Anies Sandi. They’re satisfied.

Benar-benar sangat mengherankan, kalimat Ahok di Pulau Seribu, ternyata terjadi benar-benar di Jakarta, dengan segala teknologi dan kehidupan pluralistik yang begitu maju. Apakah Ahok di Pulau Seribu menyuarakan suara kenabian pada saat itu? Maka jika saya pakai logika mereka, lebih baik mereka memilih Ahok yang bisa berkata mengenai hari depan, ketimbang Anies Sandi yang sekarang terseok-seok dan menyeret-nyeret Jakarta ke arah belakang.

Saya cukup yakin, bagaimanapun juga, Anies dan Sandi adalah dua orang terpelajar. Secara akal sehat, mereka tidak mungkin sebodoh yang dicitrakan. Tidak berlebihan jika kebodohan-kebodohan yang mereka lakukan, dianggap sebagai sebuah strategi pemenangan yang lebih besar lagi. Badut-badut itu memiliki satu agenda yang mungkin saja benar.

Ketika warga Jakarta asik terhibur dengan tontonan-tontonan di Jakarta oleh dua badut ini, ada kelompok-kelompok yang sedang bergerilya, entah di mana, dengan cara yang sama, yakni politisasi rumah ibadat. Mereka dengan perlahan namun pasti melakukan politisasi rumah ibadat, bahkan menjual ayat dan mayat. Mereka sedang menancapkan tiang pancang dalam-dalam dan melakukan pembodohan di rumah ibadat.

Mereka adalah orang-orang yang merusak citra agama dengan sesungguhnya. Justru kalimat Ahok lah yang lebih konstruktif untuk rumah ibadat, ketimbang para pegiat agama yang menghancurkan agama melalui rumah ibadat. Jujur saja, siapa yang tahu Al-Maidah 51 karena Ahok? Mereka lebih memilih dibodoh-bodohi oleh agama, ketimbang cerdas dalam beragama. Jika ternyata mereka berhasil, saya rasa, Indonesia akan terpenjara selama bertahun-tahun.

Waspada terhadap aksi-aksi pembodohan, yang bukan hanya membuat warga Jakarta merana selama lima tahun karena pemimpin yang tidak becus. Waspada terhadap hari depan NKRI, dengan segala ideologinya yang siap dilumat habis. Jika Sukarno membutuhkan 10 pemuda untuk mengguncang dunia, Ahok pun sudah mulai mengguncang Indonesia. Jika Jokowi membutuhkan 34 menteri mengguncang Indonesia, 1 Susi pun sudah mengguncang lautan di Indonesia. Jika Anies membutuhkan 80 anggota TGUPP, 1 orang pun rasanya bisa melumat habis APBD.

0 Response to "AHOK DIBUI 2 TAHUN, JAKARTA DIBUI 5 TAHUN OLEH BADUT, ENAK MANA?"

Posting Komentar