Selamat Datang di Jakarta Zaman Now yang Keras, Pak Anies-Sandi!




seword.com- Keras dan kejamnya Ibukota ternyata mulai menunjukkan penampakannya buat Gubernur Anies dan Wagub Sandi. Hanya selang setengah bulan, masa separuh bulan madu pelantikan dan euforianya langsung sirna. Jakarta menunjukkan taring dan membuka topengnya yang selama ini seolah-olah santun dan ramah bagi keduanya. Persentasi kemenangan 58% serta lengketnya duet ini ke mana-mana tidak menjadi jaminan mulus dan akan mudah menaklukan Jakarta. Jakarta makin keras karena vokal dan nyaring menagih janji muluk sang pemimpin di saat kampanye. Di tambah masalah yang sudah ada yang begitu kompleks, lengkaplah kekejaman Ibukota Jakarta bagi duet yang masih sedang belajar memimpin ini.

Hari-hari ke depan akan diwarnai protes dan demo dari pendukung dan partainya menuntut janji manis yang diingkari sepasang pemimpin ini. Said Iqbal dengan tajam membandingkan Ahok dengan Anies-Sandi soal kenaikan UMP seraya memuji Ahok lebih satria, ini adalah sindiran yang amat memalukan. Kaum buruh langsung planningmenggalang demo yang sudah lama tidak lagi dilakukannya sebagai protes pengingkaran janji kampanye serta pengkhianatan komitmen ke mereka.

Plesetan slogan,”Maju kotanya, bahagia warganya dipelintir menjadi Maju pemimpinnya, bahagia pengusaha, sengsara buruhnya,” menjadi pertanda kegerahan para buruh yang merasa di-PHP saat kampanye. Harapan menikmati bahagia di bawah gubernur baru langsung melayang. Waketum Gerindra juga berekasi keras soal penetapan UMP yang jauh di bawah ekspektasi.

Hanya berselang sehari Sandi mendapatkan perlakukan yang tidak pantas dari seorang tukang ojek dan bagi Sandi ini merupakan penghinaan kepada kepala negara. Soal kepala neggara itu tak usah dipikirkan, ha ha. Intinya dia mengalami kekecewaan karena rakyat biasa tak bisa mengenalinya sebagai pemimpin nomor 2 DKI padahal di media dia yakin sudah mendapatkan sorotan yang masif tapi ternyata ada juga yang cuek dan gak mengenalnya. Sakit banget. Maka itu Sandi jangan berlari sendiri, harus ajak pak Anies juga.

Mundur sehari ke belakang Anies bereaksi keras dengan proyek 6 infrastruktur Pak Ahok yang sudah progres 65% tapi kenyataannya molor penyelesaiannya. Anies kesal dan menyalahkan Ahok serta mencari kesalahan soal IMB lalu analisa amdal. Padahal pengerjaan mega proyek itu sudah memiliki amdal dan IMB juga sudah diurus. Tapi Anies melupakan ucapannya bahwa Jakarta harus mengalami growing pain. Dia ingin gak perlu ada pain untuk membangun Jakarta di bawah kepemimpinannya.

Belum lagi PR soal penataan di Tanah Abang yang semrawut dan ternyata ada konspirasi dari Satpol dengan PKL serta preman di sana. Demi meredam masalah ini dan menghindari konflik maka Sandi yang diserahi tugas ingin merangkul pihak-pihak ini dengan harapan bisa diajak kerja sama. Masalahnya PKL dan preman yang bercokol di sana paham siapa yang mereka hadapi, sosok yang berpihak pada mereka maka mereka akan semakin menunjukkan nyali untuk melawan.

Mundur di akhir Oktober lalu, Anies mengomentari betapa peliknya masalah di Jakarta Utara. "Jakarta Utara ini termasuk kota yang masalahnya paling kompleks, dari masalah sosial, lingkungan hidup, dan kepadatan tinggi. Kota pesisir ini masalahnya termasuk paling rumit di Indonesia," ujar Anies, Jumat (27/10) seperti dilansir Beritasatu. Ia berjanji akan membawa kejayaan kota Jakarta dimulai dari Jakarta Utara kembali layaknya seperti era Sunda Kelapa. Tapi gak semudah itu Pak Anies.

Euforia keberhasilan menutup Alexis bukan jaminan akan membereskan problem Jakarta yang begitu keras dan kompleks. Anggota DPRD Jakarta sudah menjelaskan bahwa menutup Alexis sebenarnya paling gampang di antara 23 janji kampanye. Tapi bukan hanya sisa 22 janji kampanye yang sulit untuk diwujudkan, realita masalah Jakarta zaman now sudah cukup pelik, keras dan kompleks. Tak cukup hanya sekedar duduk bersama lalu mengkaji ulang atau merangkul lagi.

Kenyataan kerasnya Jakarta akhirnya membuat mereka mulai menutup diri terhadap media. Rapat itu menjadi 'haram' untuk diliput. biasanya terbuka untuk media, sejak Anies-Sandi naik, kini berlangsung tertutup secara tertutup. "Tertutup. Perintahnya seperti itu," ujar seorang petugas Dinas Komunikasi, Informatika, dan Statistik (Diskominfotik) DKI Jakarta kepada wartawan. Sistem pemerintahan terbuka (open governance) yang dijanjikan saat kamapanye mencakup soal transparansi informasi itu tak seperti jaman Ahok.

Ironisnya, setahun lalu Anies menantang kota Jakarta disebut kota yang keras."Aneh kalau dikatakan Jakarta kota yang keras, karena Jakarta kota yang kasar, karena itu kita membutuhkan yang kasar, makin kasar," ujar Anies di Hotel Grand Sahid, Jakarta Pusat, Sabtu (22/10/2016) seperti dilansir Kompas. Anies menepis soal memimpin Jakarta itu harus keras. Baginya membangun Jakarta itu dimulai dengan kesantunan dan itu ada pada dirinya.



Selamat datang di Jakarta zaman now, Jakarta yang tak seindah masa kampanye yang gegap gempita memberikan sorakan dan keceriaan yang semu. Inilah Jakarta zaman now yang keras, keras karena problem ibukota yang sudah kompleks. Kerasnya Jakarta tak akan mempan dan mudah ditaklukan dengan 23 janji kampanye doang. Jakarta dengan kompleksitas masalahnya akan menjadi momok yang akan menghantui hari-hari kedua pemimpin DKI ini. Selamat datang di Jakarta zaman now yang keras, Pak Gubernur!

0 Response to "Selamat Datang di Jakarta Zaman Now yang Keras, Pak Anies-Sandi!"

Posting Komentar