PROVOKASI JENDERAL BOCOR, LEBIH BAIK HANCUR DARIPADA DIJAJAH






"Menghormati nilai-nilai yang mereka (para pahlawan) junjung tinggi, yaitu nilai cinta tanah air, nilai rame ing gawe sepi ing pamrih… Pertahanankan setiap jengkal tanah, pekarangan kita sendiri. Karena sekali merdeka tetap merdeka. Lebih baik hancur daripada dijajah kembali. Itu nilai yang harus kita ingat di saat-saat sekarang…" kata Prabowo kepada wartawan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kusumanegara Kota Yogya, Senin (13/11/2017). SUMBER

Air cucuran atap jatuh ke pelimbahan juga. Itulah sifat yang dapat kita lihat dari Anies dan Prabowo. Pada umumnya, sifat seorang anak akan mengikuti suri tauladan orang tuanya. Peribahasa ini merupakan peribahasa yang dapat dilihat dari kehidupan sehari-hari, baik dari tindakan, ataupun kata-kata dari anak dan orang tuanya.

Namun bicara tentang anak, kita tahu bagaimanapun juga, Anies bukanlah anak dari Prabowo, karena satu keturunan Arab, satu ada darah… wah… saya masih belum jelas juga itu ya. Mungkin bisa minta Sandiaga Uno untuk bertanya kepada Bi Narti yang sedang dibalut oleh sebuah bentuk konkrit dari over spekulasi?

Namun anak yang saya maksud sudah jelas, Prabowo adalah bapak ideologi dari Anies Baswedan, dan Anies Baswedan adalah anak pungut dari ideologi Prabowo. Mengapa saya katakan anak pungut? Karena anak kandungnya adalah Sandiaga Uno, yang digeser dan disingkirkan dari calon gubernur pada saat itu, karena mungkin Prabowo takut.

Prabowo takut “anak kandung ideologisnya” dilumat habis dan dibantai oleh terang dari Tjahaja Purnama alias Ahok. Maka ia menyingkirkan anak kandung ideologisnya, dan mencangkokkan Anies untuk mengganti Sandiaga Uno, melawan Ahok, karena karakter Anies lebih terlihat mirip kepada Prabowo.

Selain sifat, tabiat buruk Anies pun sebenarnya turun dari Prabowo. Mentalitas seorang yang kalah, selalu cenderung untuk kembali ke masa lalu. Padahal kita tahu bahwa zaman penjajahan itu sudah selesai. Namun anehnya, suara-suara orang yang seperti ada di masa lalu muncul lagi di telinga kita, melalui suara Anies dengan istilah pribuminya, dan Prabowo dengan kalimat-kalimat “lebih baik hancur daripada dijajah kembali”. Inilah yang saya katakan bahwa bukan hanya teladan, namun sifat buruk yang gagal move on ternyata menular dari Prabowo ke Anies Baswedan.

Padahal mereka sudah berhasil “merebut” kota Jakarta dari tangan yang mereka katakan asing dan aseng, mengapa tetap terlihat tidak puas? Saya curiga, bahwa mereka yang berhasil merebut kota, namun mereka masih gagal merebut Jakarta dari air banjir yang bocor seperti nalar bocor sang jenderal. Siapa yang dijajah siapa?

Mengapa Prabowo mengeluarkan statement yang tidak jelas? Apakah capres abadi ini ingin membuat keributan? Mungkin saja Prabowo ingin bernostalgia dengan kejadian-kejadian masa lalu ketika ia sedang menjadi Danjen Kopassus? Ataukah orang ini ingin mengenang peristiwa Mei 1998? Sekarang Indonesia sudah lebih merdeka dari era sebelumnya di tangan Pak Presiden Joko Widodo. Jokowi dengan segala kekuatannya, bertakhta di atas negara ini, sebagai panglima tertinggi.

Jadi sebenarnya, statement tidak penting Prabowo ini tidak perlu dibesar-besarkan, namun tidak boleh juga kita diamkan. Kita anggap logika mereka sebagai permainan saja, karena barisan sakit hati seperti Prabowo, Amien Rais, Anies Baswedan, Rizieq, Nanik Sudaryati, Zeng Wei Jian, dan lain-lain, hanya bisa memunculkan statement-statement yang tidak jelas nan cenderung memprovokasi. Logika mereka terlihat sangat kaku dan jarang di-stretching.

Saya jatuh kepada satu kesimpulan. Benar rasanya bahwa Indonesia memang benar-benar butuh refreshing dari sebuah over spekulasi yang dilakukan oleh Bi Narti yang lupa menggunakan pembalut, supaya rumah lapis tidak tersusun secara terstruktur, sistematis, dan masif. Inikah yang dinamakan keberpihakan? Atau keberplintatplintutan? Rasanya hanya Prabowo yang tahu, karena rasanya Tuhan pun sudah tidak perduli dengan orang-orang seperti mereka ini.

Saya sebenarnya ingin bertanya jujur kepada Prabowo dan Anies yang sering pakai statement penjajahan. Ngomong-ngomong, jika bicara terus mengenai konteks penjajahan, tentu secara alam bawah sadar mereka, bangsa Indonesia sedang dijajah bukan? Lantas siapa yang jajah? Bi Narti?

0 Response to "PROVOKASI JENDERAL BOCOR, LEBIH BAIK HANCUR DARIPADA DIJAJAH"

Posting Komentar