
Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabaratuh.
Pak Felix yang baik.
seword.com- Akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan hak konstitusional saya sebagai warga negara untuk mengingatkan anda, meskipun saya tahu betul bahwa Anda seringkali tidak bisa diingatkan oleh orang seperti saya yang tidak begitu terkenal dan fenomenal. Saya mengambil risiko untuk tidak dipedulikan dan menulis surat ini dengan pertimbangan apa yang baik untuk disampaikan tetap perlu disampaikan.
Biasanya orang-orang hebat maupun yang masih amatir, -sebagaimana Anda tahu--, mereka seringkali dan senang sekali mengirim-menulis surat terbuka untuk Presiden. Namun kali ini saya memilih untuk menulis surat untuk Anda. Karena sosok Anda yang begitu “menarik” dan kontroversi.
Jika dihitung, ini adalah kali kedua saya menggunakan media portal opini Seword untuk menulis surat terbuka. Sebelumnya, hampir empat bulan lalu, saya menulis surat terbuka untuk Fahri Hamzah, Wakil DPR RI. Ketika itu Fahri Hamzah memulai membentuk Panitia Angket KPK. Dan masyarakat pun mulai resah dengan tingkah laku si Fahri Hamzah.
Hal yang sama telah terjadi juga pada Anda: menjadi bahan gunjingan dan fitnah yang begiu keji. Mula-mula saya mendengar berita bahwa Anda diusir dalam suatu pengajian dakwah. Persoalan pun sebenarnya sederhana. Anda disuruh tanda tangan sebuah dokumen yang isinya tentang “ketundukan Anda” soal materi dakwah dan harus mengakui Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Urusaan sederhana tersebut berubah menjadi masalah besar dan berkembang menjadi problem yang begitu kompleks karena Anda tidak menghendaki untuk tanda tangan. Kejadian yang tidak diharapkan pun terjadi. Anda diusir oleh Banser. Banser yang sebenarnya tidak layak disalahkan kini layak menjadi biang kesalahan. Dalam hal ini saya percaya bahwa Banser tidak layak disalahkan karena banser telah dimintai tanggung jawab untuk mengamankan pengajian dakwah yang akan Anda isi di Bangil.
Kasus tersebut sudah terjadi beberapa hari lalu. Saya pun tidak mau banyak berkomentar hal tersebut. Siapa yang salah salah dan siapa yang benar sudah jelas sekali. Saya pun setuju dengan ungkapan “sesuatu yang berlalu biarlah berlalu. Yang penting kita harus ambil hikmahnya dari setiap peristiwa”.
Hikmahnya adalah hanya pihak kepolisian yang berhak membubarkan acara pengajian dakwah. Disisi lain pihak Anda pak Felix Siauw, pun harus tunduk dan menanda tangani untuk mengakui Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Pak Felix yang saya hormati.
Dalam surat ini, saya mau menanyakan beberapa hal yang menyangkut profil Anda sebagai pendakwah ulung. Pertanyaan saya adalah sebagi berikut:
1. Apakah Anda sudah mengetahui seluk beluk dunia keilmuwan yang begitu luas dan tak terbatas?
2. Siapa saja Guru Agama, Kyai, atau Dosen Anda selama belajar Islam sebelum Anda menjadi seorang Da’i?
3. Seberapa Alim dan Allamah serta Wara’ Guru, Kyai, Dosen Anda dalam beribadah kepada Allah Ta’ala? (saya harap Anda kenal istilah Alim, Allamah, dan Wara’!)
4. Sudah tahukah Anda soal sanad keilmuwan dalam dunia Islam antara Guru dan Muris yang hubungannya sampai Rasulullah?
5. Anda punya spesialis dalam bidang keilmuwan apa?
6. Sudah kenalkah Anda tentang ilmu-ilmu alat dalam bahasa Arab seperti Ilmu Nahwu, Shorof, Manthiq, Balaghoh dan lain sebagainya?
7. Gelar Akademisi anda apa? Harusnya seorang pendakwah juga tahu tentang batasan kemampuan akademis yang ia miliki? Atau jangan jangan Anda hanya lulusan SMA? Bahkan dinegeri ini, lulusan MA yang sekolah berbasis Agama belum tentu bisa dipanggil ustadz atau Dai. Apalagi yang hanya lulusan SMA?
8. Dulu Anda pernah mondok atau nyantri di Pesantren mana? Berapa lama anda belajar disana?
9. Sebagai seorang Da’i, sudah berapa kitab yang Anda pelajari? Sudah berapa kitab yang Anda pahami maksudnya?
10. Sebagai seorang Da’i, kenalkah Anda dengan para Walisongo?
Nah, itulah kegundahan dan gejolak yang membjuat kabut emosi di kepala saya. Mungkin hal yang sama juga terjadi di kepala masyarakat Indonesia yang notabene mengangap Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Bahkan bangsa Indonesia pun sudah memahami bahwa Pancasila sudah menjadi keputusan final bagi para pendiri bangsa (Founding Fathers) sejak dulu hingga sekarang.
Sebagai insan yang eprnah mengenyam pendidikan di pesatren, saya selalu diwanti-wanti (baca: diminta waspada) oleh Guru dan Kyai untuk dalam menerima seseorang sebagai Da’i yang kita jadikan sebgai tempat belajar agama.
Seingat saya, seorang Da’i harus cukup dalam keilmuwan dan pribadinya sudah jelas asal usulnya. Asal usul disini adalah seperti: dulu mondokk dimana? Lulusan perguruan tinggi Islam mana? Siapa Guru dan Kyainya? Dan hal-hal yang sama seperti yang saya tanyakan kepada Anda, wahai Pak Felix Siauw.
Beruntungnya, saya dan orang-orang yang waras masih hidup di Indonesia. Kita bisa mendengarkan siraman rohani dan tausiah yang menyejukkan dari Ketua Umum Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj, dan juga ajakan dakwah yang sejuk dari Kyai nyentrik, Gus Mus untuk selalu mencintai dan mensyukuri negara Indonesia sebagai tempat kita hidup sehari-hari bahkan hingga selamanya.
Pak Felix yang bagus.
Pada Akhirnya, saya memang ragu tentang kredibilitas dan identitas Anda sebagai Da’i. Jika diringkas, keraguan saya pada Anda karena beberapa alasan.
Pertama, Anda menolak Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Kedua, Ilmu-ilmu ke-islam-an Anda terlihat sangat belum mumpuni sebagai seorang Da’i. Ilmu-ilmu ke-silam-an tersebut seperti: Bahasa Arab, Nahwu Shorof, Manthiq, Balaghoh (Sastra Arab) dan ilmu-ilmu lainnya.
Ketiga, Anda bukan berlatar belakang Pesantren dan Kampus Perguruan Tinggi Islam.
Maka dari itu, saya berharap bahwa surat ini bisa sampai di tangan Anda melalui internet. Saya tidak mau repot-repot ngirim surat manual via kantor pos. Karena saya tahu dan saya percaya, pesan ini bisa sampai pada Anda, wahai pak Felix Siauw.
Kalaupun surat ini tidak sampai pada Anda, harapan lain saya adalah para pengikut Anda di dunia maya bisa memberikan saya pencerahan tentang identitas Anda yang sebenarnya. Toh, saya tidak begitu banyak percaya tentang profil Anda di internet alias saya ingin mendapat jawaban surat ini langsung dari Anda pribadi.
Pak Felix yang fenomenal.
Pesan saya bagi Anda, cintai dan syukurilah Pancasila sebagai kurnia dari Allah Ta’ala. Sebagaimana Anda tahu, karena Anda sedang hidup di Indonesia maka sudah selayaknya patuh pada negara Indonesia.
Jika Anda tidak patuh pada Pancasila maka Anda dianggap durhaka. Dan orang yang durhaka layak untuk dihukum. Sebagaimana anak yang tidak patuh pada aturan rumah yang dibuat orang tuanya maka anak tersebut layak untuk dikeluarkan dari rumah. Saya berharap Anda tidak dikeluarkan dari rumah yang bernama Indonesia ini.
Saya selalu bangga dengan Pancasila. Selama kita berdasar pada Pancasila kita semua adalah saudara tanpa memandang Suku, Agama, Ras, Antargolongan.
Sekian dari saya. Semoga Anda mendapat hidayah dari Allah Ta’ala untuk mensyukuri dan mencintai Pancasila dengan sepenuh hati sebagai dasar negara Indonesia.
Wasslamu’alaikum Waraohmatullohi Wabatuh...
9. Sebagai seorang Da’i, sudah berapa kitab yang Anda pelajari? Sudah berapa kitab yang Anda pahami maksudnya?
10. Sebagai seorang Da’i, kenalkah Anda dengan para Walisongo?
Nah, itulah kegundahan dan gejolak yang membjuat kabut emosi di kepala saya. Mungkin hal yang sama juga terjadi di kepala masyarakat Indonesia yang notabene mengangap Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Bahkan bangsa Indonesia pun sudah memahami bahwa Pancasila sudah menjadi keputusan final bagi para pendiri bangsa (Founding Fathers) sejak dulu hingga sekarang.
Sebagai insan yang eprnah mengenyam pendidikan di pesatren, saya selalu diwanti-wanti (baca: diminta waspada) oleh Guru dan Kyai untuk dalam menerima seseorang sebagai Da’i yang kita jadikan sebgai tempat belajar agama.
Seingat saya, seorang Da’i harus cukup dalam keilmuwan dan pribadinya sudah jelas asal usulnya. Asal usul disini adalah seperti: dulu mondokk dimana? Lulusan perguruan tinggi Islam mana? Siapa Guru dan Kyainya? Dan hal-hal yang sama seperti yang saya tanyakan kepada Anda, wahai Pak Felix Siauw.
Beruntungnya, saya dan orang-orang yang waras masih hidup di Indonesia. Kita bisa mendengarkan siraman rohani dan tausiah yang menyejukkan dari Ketua Umum Prof. Dr. KH. Said Agil Siradj, dan juga ajakan dakwah yang sejuk dari Kyai nyentrik, Gus Mus untuk selalu mencintai dan mensyukuri negara Indonesia sebagai tempat kita hidup sehari-hari bahkan hingga selamanya.
Pak Felix yang bagus.
Pada Akhirnya, saya memang ragu tentang kredibilitas dan identitas Anda sebagai Da’i. Jika diringkas, keraguan saya pada Anda karena beberapa alasan.
Pertama, Anda menolak Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.
Kedua, Ilmu-ilmu ke-islam-an Anda terlihat sangat belum mumpuni sebagai seorang Da’i. Ilmu-ilmu ke-silam-an tersebut seperti: Bahasa Arab, Nahwu Shorof, Manthiq, Balaghoh (Sastra Arab) dan ilmu-ilmu lainnya.
Ketiga, Anda bukan berlatar belakang Pesantren dan Kampus Perguruan Tinggi Islam.
Maka dari itu, saya berharap bahwa surat ini bisa sampai di tangan Anda melalui internet. Saya tidak mau repot-repot ngirim surat manual via kantor pos. Karena saya tahu dan saya percaya, pesan ini bisa sampai pada Anda, wahai pak Felix Siauw.
Kalaupun surat ini tidak sampai pada Anda, harapan lain saya adalah para pengikut Anda di dunia maya bisa memberikan saya pencerahan tentang identitas Anda yang sebenarnya. Toh, saya tidak begitu banyak percaya tentang profil Anda di internet alias saya ingin mendapat jawaban surat ini langsung dari Anda pribadi.
Pak Felix yang fenomenal.
Pesan saya bagi Anda, cintai dan syukurilah Pancasila sebagai kurnia dari Allah Ta’ala. Sebagaimana Anda tahu, karena Anda sedang hidup di Indonesia maka sudah selayaknya patuh pada negara Indonesia.
Jika Anda tidak patuh pada Pancasila maka Anda dianggap durhaka. Dan orang yang durhaka layak untuk dihukum. Sebagaimana anak yang tidak patuh pada aturan rumah yang dibuat orang tuanya maka anak tersebut layak untuk dikeluarkan dari rumah. Saya berharap Anda tidak dikeluarkan dari rumah yang bernama Indonesia ini.
Saya selalu bangga dengan Pancasila. Selama kita berdasar pada Pancasila kita semua adalah saudara tanpa memandang Suku, Agama, Ras, Antargolongan.
Sekian dari saya. Semoga Anda mendapat hidayah dari Allah Ta’ala untuk mensyukuri dan mencintai Pancasila dengan sepenuh hati sebagai dasar negara Indonesia.
Wasslamu’alaikum Waraohmatullohi Wabatuh...
0 Response to "SURAT CINTA UNTUK FELIX SIAUW"
Posting Komentar