JAKARTA BANJIR LAGI! ANIES PHP-IN BURUH, SANDI ASYIK BICARA BI NARTI, PIYE KABARE?






seword.com- Belum genap 1 bulan Anies Sandi menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, langit hari ini sedikit bermain-main dengan mereka. Hujan deras mengguyur sebagian besar wilayah DKI Jakarta hari ini, 12 November 2017. Hujan yang turun sejak kira-kira pukul 3 sore telah membuat genangan muncul di beberapa titik. Genangan bajir itu muncul di beberapa tempat di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan.

Banjir setinggi kira-kira dengkul orang dewasa terlihat dan terjadi di Lebak Bulus. Di Jakarta Barat pun terlihat genangan di daerah Green Garden, cekungan yang sudah 2 tahun tidak terkena banjir sejak pemerintahan Ahok Djarot. Jalan Tol Meruya pun tertutup bagian kanan jalan, sehingga banyak mobil harus menghindar di jalur cepat.

Ketimbang isu Pribumi, Bi Narti, aksesibilitas terstruktur, sistematis, masif, trotoar untuk atraksi, dan ide-ide “cemerlang” lainnya dari Anies Sandi, sebenarnya isu krusial yang diabaikan Anies Sandi adalah banjir dan kemacetan. Terlalu banyak mereka mengurusi hal-hal cetek seperti trotoar, PKL, Bi Narti, Al-ikhlas, dan kawan-kawannya, Anies Sandi sekarang malah gagal mengurus hal terpenting, yakni banjir Jakarta.

Jakarta adalah kota pinggir laut yang memang secara geografis sebagian tempatnya beberapa meter lebih rendah dari permukaan laut. Maka tidak perlu Anies meminta duduk bersama dengan para pemimpin daerah lain untuk mengurus banjir Jakarta. Banjir Jakarta memang secara hakiki disebabkan karena rendahnya dataran. Maka benar kata Ahok, bahwa permasalahan banjir Jakarta, seharusnya diurus dari dalam Jakarta sendiri.

Vertical drainage ide Anies sebetulnya hanya menunjukkan bahwa dirinya tidak tahu kontur tanah Jakarta yang sudah jenuh dengan air, jelas karena Jakarta dekat dengan laut, sehingga tanahnya tidak bisa lagi menyerap air. Hal ini sebenarnya sudah dijelaskan secara implisit oleh Ahok ketika ia mempresentasikan banjir Jakarta. Jakarta ibarat mangkuk, yang harus dipompa setiap kali hujan. Ide reklamasi pun muncul juga untuk membantu Jakarta tetap kering, dengan modul Sea Barrier nya.

Setiap pulau reklamasi akan menjadi semacam tanggul raksasa, untuk menahan pasang air laut. Jika air laut pasang, ditambah dengan curah hujan yang tinggi, sebenarnya sangat sulit bagi beberapa tempat di Jakarta untuk tetap kering. Maka dengan adanya reklamasi, diharapkan pasang laut tidak memperparah banjir Jakarta. Namun ide ini ditolak mentah-mentah oleh Anies Sandi, dengan alasan tidak sustainable dan tidak berpihak kepada nelayan.

Lagi-lagi kontrak politik yang terlalu banyak, rasanya semakin menghimpit pasangan Anies Sandi ini. Bahkan tim sinkronisasi pun terlihat tidak mensinkronkan antara pemimpin DKI Jakarta dan warga DKI Jakarta, melainkan mensinkronkan antara Anies dengan Sandi, ditambah dengan pihak-pihak yang menuntut kontrak politik.



Banjir Jakarta mungkin akan menjadi sebuah polemik yang kembali berkepanjangan di era kepemimpinan Anies Sandi. Normalisasi mulai tersendat karena warga bantaran sudah dijanjikan Anies Sandi tidak akan direlokasi ke tempat-tempat. Rumah lapis pun masih hanya sebatas ide mengawan, dengan ciri khas Anies Baswedan, yang berpikir hanya dirinya sendiri.

Sandiaga pun sama saja, tidak menguasai masalah, hanya bisa berlari, jangan sampai berlari dari masalah ya, Sandiaga. Bukan hanya lari dari masalah, Sandi pun melempar pertanyaan wartawan kepada stafnya. Ini adalah kekonyolan. Bagaimana mungkin staf bisa lebih tahu daripada pemimpinnya? Lagi-lagi ini adalah bentuk ketidaktahuan yang hakiki dari Anies Sandi.

Mereka terlihat hanya terpilih karena seiman, bukan cerdas. Ternyata warga Jakarta masih suka memilih yang seiman, ketimbang yang cerdas dan mengerti bagaimana cara mengatur kota, dan membahagiakan warga. Anies Sandi dengan slogan “Maju kotanya, bahagia warganya”, mulai mengalami kesulitan dalam memajukan kota, dan membahagiakan warganya. Benar-benar demi terpilih, mereka malah terlihat memberikan tipuan-tipuan cerdik nan bahaya.

Setelah mengecewakan Rizieq, Anies Sandi pun mengecewakan buruh, yang dijanjikan upah yang besar. Namun pada akhirnya bagaimana? Piye kabare? Penak zaman Ahok toh? Jika saya ingin berkata kejam, makan tuh keberpihakan. Selamat bagi 58 persen warga Jakarta yang sudah memilih Anies Sandi. Jika banjir Jakarta makin parah, kalian sudah tahu siapa yang harus kalian ganti.

0 Response to "JAKARTA BANJIR LAGI! ANIES PHP-IN BURUH, SANDI ASYIK BICARA BI NARTI, PIYE KABARE?"

Posting Komentar