GRAHA SABA BUANA, SAKSI BISU KERENDAHAN HATI SANG PEMILIK






seword.com- Graha Saba Buana, menjadi sebuah gedung yang dimiliki oleh keluarga presiden Joko Widodo. Ikon pernikahan sudah tertempel erat di tempat tersebut. Warga Solo kalangan menengah ke atas menggunakan gedung ini sebagai tempat pernikahan. Tidak sedikit orang-orang Solo yang menggunakan gedung ini. Peluang bisnis yang baik tentu ada di dalam setiap inci dalam gedung ini.

Bangunan Graha Saba Buana, yang dikelola oleh anak sulung Presiden, Gibran Rakabuming Raka, pemuda kelahiran 1 Oktober 1987 di Solo. Kedua anak laki-laki Presiden Joko Widodo mengenyam sekolah menengah di Singapura, dan kuliah di luar negeri. Saat ini, Gibran menjabat sebagai ketua Asosiasi Perusahaan Jasa Boga Indonesia kota Solo. Usaha kateringnya dibuka sejak tahun 2010.

Gibran yang merupakan putra sulung ini, lebih terlihat tidak terlalu sibuk ketimbang sang Bapak di dalam pernikahan Kahiyang Ayu. Saya curiga, Kahiyang adalah anak kesayangan ayahnya. Pada umumnya, seorang ayah lebih cenderung dekat kepada anak perempuan, dan ibu lebih dekat kepada anak laki-laki. Kita lihat bagaimana Kaesang, putra bungsu memiliki perasaan kasih sayang yang besar kepada ibunya, Iriana Widodo.

Anak-anak presiden Joko Widodo, sadar atau tidak sadar, sudah memberikan pelajaran kepada setiap dari kita semua. Terlepas dari apapun gelar orang tua, mereka tetap bisa menjadi manusia. Mereka masing-masing memiliki karakter yang unik satu lepas yang lain. Gibran dengan gaya cueknya, ternyata memiliki prinsip hidup.

Ia menjalankan apa yang ia sukai, yakni kuliner. Kahiyang yang sempat gagal nyalon PNS, pun memiliki karakter yang pemalu seperti ibunya. Melihat Kaesang yang sempat dilaporkan karena kata “Ndeso”, juga menunjukkan bagaimana ia sering melakukan kekonyolan-kekonyolan yang hakiki.

Citra sederhana yang dibangun oleh keluarga Widodo menjadi sebuah citra baik yang dicontohkan kepada seluruh rakyat Indonesia. Keluarga yang Sakinah, Warrahmah, dan Mawaddah menjadi tiga ciri keluarga yang bahagia. Saya cukup yakin, meskipun ayahnya dirundung banyak masalah, mereka tetap kompak. Tidak ada embel-embel anak presiden, mereka mejalankan kehidupan seperti biasanya.

Graha Saba Buana, menjadi sebuah gedung yang menjadi saksi sejarah pernikahan anak Presiden Joko Widodo. Keluarga sederhana ini melakukan prosesi pernikahan dan ijab kabul di dalam gedung yang dimiliki sendiri. Ketika melihat jadwal pernikahan anak keduanya, ada sebuah pertanyaan terbersit di pikiran saya. Apa yang menjadi pertanyaan besar saya? Sederhana sekali. Mengapa nikahnya di hari Rabu dan bukan weekend atau hari libur?





Kita tahu bahwa pernikahan tradisi Jawa mengenal hari baik. Namun selidik demi selidik, saya mendapatkan informasi bahwa Gedung Graha Saba Buana ini ternyata sudah penuh sepanjang tahun. Pastinya banyak hari baik yang juga sudah penuh. Sontak saya kaget dan terharu. Tak semata-mata berhitung tanggal, tak sewenang-wenang batalkan pesanan orang, pemilik gedung Ir. Joko Widodo mengambil waktu yang tidak favorit. Ini adalah bentuk kesederhanaan dari seorang pemilik gedung, yang menghargai orang-orang yang sudah memesan tempat.

Saya cukup yakin, orang yang sudah booking jauh-jauh hari pun rela waktunya diubah untuk pernikahan anak presiden. Maka merupakan sebuah hal yang tolol bagi kita jika kita masih nyinyir terhadap apa yang dikerjakan seorang Joko Widodo.

Graha Saba merupakan tempat bisnis yang terintegrasi di bawah komando Gibran Rakabuming Raka. Pemuda lulusan universitas Sydney ini menjadi contoh nyata dari bekerja tanpa embel-embel anak presiden. Tidak ada istilah “papa, minta proyek dong!” atau “Bapak gua presiden, lo mau apa?” dan seterusnya. Ini adalah bentuk keberpihakan dari presiden terhadap keadilan dan kesahajaan.

Percayalah, Pak Presiden Joko Widodo bukanlah orang yang otoriter, apalagi berkuda. Ia memiliki keluarga yang bersahaja, cukup pada dirinya, dan tidak menjadi keluarga elit politis bangsat seperti sebelum-sebelumnya. Bayangkan saja bagaimanapun juga, seorang presiden, tidak menggunakan haknya sebagai presiden. Ia malah menggunakan Graha Saba Buana, untuk melangsungkan pernikahan anak perempuannya.

Belajarlah memiliki jiwa yang cukup, bersahaja, dan rendah hati. Ada contoh nyata yang benar-benar dapat kita lihat secara langsung. Seorang Presiden, yang lahir dari rakyat jelata, tidak dikuasai atau menguasai elit politik tertentu, dan yang paling penting, tidak berkuda, seperti yang saya katakan di atas. Terima kasih Pak De, Graha Saba Buana akan menjadi saksi bisu dalam pernikahan anak pertama dan anak kedua.

0 Response to "GRAHA SABA BUANA, SAKSI BISU KERENDAHAN HATI SANG PEMILIK"

Posting Komentar