Bayangkan, 7 Tahun Ahok Pendam Masalah Keluarga, Jakarta Saja Berubah Drastis. Bagaimana Kalau Sebaliknya?





seword.com- Gugatan cerai yang dilayangkan Ahok kepada istrinya sangat mengagetkan saya. Tidak pernah terbayangkan oleh kita, seorang Ahok dan istrinya yang terlihat akrab dan mesra di hadapan publik ternyata menyimpan masalah pelik. Banyak yang kaget, syok bahkan ada yang menangis.

Awalnya banyak yang berspekulasi kalau ini adalah manuver politik yang dilakukan untuk mengamankan harta. Banyak yang mendadak jadi detektif Sherlock Holmes dan mengaitkannya dengan hal yang aneh-aneh. Tapi akhirnya terkuak juga alasan sebenarnya Ahok ingin bercerai, meski ini sesuatu yang sangat privat.


Jadi pada artikel kali ini, saya hanya akan mengambil asumsi ini, yaitu adanya orang ketiga di balik ini semua, yaitu JT. Adik Ahok Fifi Letty Indra membenarkan JT menjadi good friend Bu Vero selama tujuh tahun. Bahkan dulu Ahok dan putranya menemui JT agar menjauhi istrinya tapi tidak dihiraukan.

Jadi saya andaikan kalau asumsi ini benar. Dan artikel ini akan dimulai dari sini. Saya tak akan mengobrak-abrik privasi orang lain karena saya paling benci kalau orang lain ganggu privasi saya juga. Saya akan bahas dari sisi Pak Ahok. Kita mulai...

Tadi dikatakan ini sudah terjadi selama 7 tahun. Berarti akar masalah ini dimulai sekitar tahun 2010. Pada masa itu Pak Ahok masih jadi anggota DPR RI, dan baru jadi Wagub DKI tahun 2012 dan menggantikan Jokowi jadi Gubernur tahun 2014.

Biasanya orang kalau terkena masalah, sedikit banyak pasti terguncang, apalagi masalah berat. Efeknya seperti berusaha menahan beban yang tak sanggup dipikul. Pikiran jadi kusut, konsentrasi terbagi antara menjalani aktivitas dan memikirkan masalah tersebut. Hidup tidak tenang, makan pun tak berselera, kadang ada yang kesulitan tidur hingga insomnia. Detik demi detik selalu diliputi kegelisahan. Cemas dan stres menjadi makanan sehari-hari. Hanya sedikit yang bisa bereaksi normal tanpa terpengaruh, tapi kebanyakan akan terkena dampak baik skala kecil hingga besar.

Sekarang bayangkan Ahok mengetahui kondisi rumah tangganya mulai bergoyang akibat orang ketiga ini. Saya tak tahu apakah Ahok bersikap normal atau terguncang, tak ada yang tahu pasti. Tapi bisa kita asumsikan, itu pasti mempengaruhi hidupnya.

Selama menjabat sebagai Wakil Gubernur dan Gubernur selama rentang lima tahun, semua mata menyaksikan sendiri perubahan drastis yang dialami kota Jakarta. Jakarta yang selama ini dianggap tak tertolong lagi, ternyata pelan-pelan mengalami kemajuan. Warga yang selama ini pasrah dan pesimis pelan-pelan mulai optimis dan yakin.

Sungai Jakarta yang terkenal jorok dan penuh sampah, berhasil dikeruk dan dibersihkan. Pemukiman liar yang menjadi biang kerok ditertibkan dan diratakan tidak peduli harus diprotes warga dan terjadi bentrokan.

Pelayanan publik menjadi lebih baik dan cepat di era Ahok. Kita sudah paham bagaimana bobroknya birokrasi di negeri ini. Tapi di tangan Ahok, semua jadi lancar, urus dokumen jadi mudah dan gratis. PNS dan petugas nakal dipecat dan disingkirkan. Selain itu Ahok buka layanan keluhan dengan mengizinkan warga datang ke Balai Kota dan sampaikan masalahnya. Ramainya kadang seperti pasar ikan.


Tanah Abang dan tempat lain yang penuh PKL pelanggar aturan juga disikat, ditertibkan dan ditata. Mereka tak berani macam-macam dengan Ahok. Bahkan DPRD DKI saja diajak ribut saat geram karena tahu ada banyak anggaran siluman.

Coba kita berada di posisi Pak Ahok. Dengan prahara rumah tangga yang demikian saja, beliau bisa membangun Jakarta dengan spektakuler. Bayangkan bagaimana seorang Ahok tetap bekerja untuk rakyat dan di sisi lain memikirkan masalahnya. Ini tidak gampang. Karena saya sendiri pernah merasakannya meski masalah saya beda dengan Pak Ahok.


Dengan masalah seperti itu saja Pak Ahok bisa mengubah Jakarta sedrastis itu. Bukankah itu amazing sekali? Seandainya Pak Ahok tidak memiliki masalah itu, seberapa drastis lagi perubahan yang terjadi pada Jakarta? Saya yakin kalau sekarang saja kita salut untuk beliau, maka kalau tidak ada masalah, dia akan menghasilkan sesuatu yang jaw-dropping (terbengong hingga tak bisa berkata-kata).

Dulu dia sempat bilang, kalau diberi kesempatan memimpin di periode kedua, dia akan jadikan Jakarta seperti Tokyo. Bagaimana jadinya Jakarta kalau Pak Ahok plong tanpa masalah tersebut? Only God knows.

Belum lagi masalah penistaan agama yang dituduhkan kepadanya. Tak terbayangkan beban pikirannya seperti apa. Dan sekarang datang gugatan cerai, kalau dalam pribahasa artinya sudah jatuh tertimpa tangga lalu dilindas mobil.

Saya yakin potensi Pak Ahok tertahan gara-gara itu, kerjanya tidak maksimal. Dan saya harus akui beliau orang paling tahan banting yang pernah saya kenal. Dihantam masalah tapi masih memikirkan cara memajukan Jakarta, meski ada gerombolan yang tak tahu terimakasih, yang suka teriak bakar, bunuh, penjarakan.

Badai memang pasti akan berakhir. Saya tak tahu bagaimana akhir sidang perceraian tersebut. Waktu akan menjawab. Jika Ahok berbesar hati menerima kenyataan, maka usai bebas nanti, masalah tersebut akan plong. Kasus penistaan beres, masalah perceraian usai. Plong.

Tinggal melihat langkah ke depan apakah mau lanjut ke politik atau tidak. Seperti yang saya bilang, saya tak bisa bayangkan apa yang terjadi jika dia fokus 100% tanpa masalah yang menghadang, gas penuh. Merinding bro.

Jika Pak Ahok diberi kesempatan lagi, saya yakin sesuatu yang luar biasa akan terjadi di negara ini.

Anies? Ah sudahlah, saya tak mau cemari artikel ini dengan membahas mereka. Gak selevel soalnya.

Bagaimana menurut Anda?

0 Response to "Bayangkan, 7 Tahun Ahok Pendam Masalah Keluarga, Jakarta Saja Berubah Drastis. Bagaimana Kalau Sebaliknya?"

Posting Komentar